Chapter 5

623 89 33
                                    

.

Mobil hitam metalik terparkir di garasi samping rumah berlantai dua, terlihat elegan rumah tersebut dengan kesan klasik modern didominasi warna putih.

Hembus nafas Sunghoon terdengar panjang, melepaskan sabuk pengaman sekaligus melepaskan rasa lelah berkerja seharian yang menguras otak.

Walau bisa dibilang hari ini tiada yang mengenakan harinya seperti ke belakangan ini karena sosok model yang datang terus menerus untuk hari ini kesepakatan telah berlaku dan sepertinya Jaeyoon benar-benar menyetujui perjanjian ditawarkan.

Pun hela nafas terhela lagi, terdengar berat mengingat sebentar lagi dia harus keluar menemui Jaeyoon seperti mana yang mereka sepakati kemarin.

Sesaat tangan panjangnya terhulur membuka pada tempat penyimpanan di mobil ini mengambil secarik kertas nota di simpan kemarin, nota tertulis tempat pertemuan dan juga jam waktunya.

Dibaca sekali lagi nota ditulis Jaeyoon itu, dan nafasnya lagi-lagi terhela. Sungguh dibuat pusing dan lelah mengingat segala perlakuan sang model meski diabaikan tapi tak bisa nafikan kehadiran Jaeyoon selalu mengusiknya.

Di simpan kembali kertas itu, mengerling arlorji menunjuk hampir jam enam sore, ada sejam lagi waktunya bersiap sebelum nanti keluar pergi lagi.

Jas hitam di samping duduk kemudi digapai bersamaan membuka pintu mobil, keluar dari sana dan berjalan ingin menuju pintu utama rumah.

Baru tersadar Sunghoon ada mobil lain di parkir tepat di depan rumah tak jauh dari pintu utama membuatnya mengernyit karena tak asing oleh mobil tersebut kepunyaan sahabat sepasang suami istri kepada orang tuanya.

Begitu kaki menapak masuk sudah terdengar agak riuh oleh obrolan yang terdengar seru dari para paruh baya.

"Nah, sampai juga pulang dari kerja." Suara sang ibu menyapa Sunghoon lebih dulu melihat kedatangan si anak.

Otomatis membungkuk sopan Sunghoon pada teman dekat orang tuanya berserta sang anak mereka di ruang tamu itu, berkumpul ramai.

Sedikit memberi senyum Sunghoon pada Hyewon, wanita empat tahun lebih muda darinya itu. Teman bermain waktu kecil bisa dibilang dekat juga meski saat beranjak dewasa ada jarak membatasi tak sedekat masa kecil dulu.

"Untung tepat datangnya," tersenyum lebar nyonya Park Aehyun pada anaknya yang sudah duduk di sampingnya. "Sebentar lagi makan malam bakal siap, kita bisa makan malam bersama."

Sontak mengerjap bersalah Sunghoon, menyahut tak enak hati. "Maaf, tapi aku tak bisa, sudah ada janji makan malam diluar." Berujar segan Sunghoon pada orang-orang di ruang tamu itu yang memandangnya. "Ini juga aku mau siap-siap, soalnya jam tujuh janjinya."

Berpias kecewa Aehyun tapi memahami, begitu juga suaminya menyahuti anak mereka mengatakan tak apa-apa, soalnya makan malam ini juga mendadak terencana tadi siang waktu kedua ibu paruh baya itu bertelepon.

"Janji makan malamnya sama siapa? Heeseung?" Bertanya penasaran Aehyun.

Membuat kerjapan mata Sunghoon berkedip agak kikuk. "Bukan."

Lantas mengernyit si ibu belum juga bersuara kembali sahabatnya lebih dulu menyeletuk mendahuluinya.

"Paling teman kencannya itu." Disahuti dengan kekehan lucu, niat bercanda.

Mengundang raut kaget Sunghoon yang cepat-cepat menyangkal. "Bukan juga, teman kerja saja." Iya, teman kerja karena hal tersepakati diantara mereka.

Kendati tawa orang tua saling menyahut melihat kepanikan wajah Sunghoon yang cepat menyangkal tebakan itu.

HAUNTING || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang