Bab 3 : Potongan Kenangan

8 5 2
                                    

Setelah semua pekerjaan rumah selesai, mereka kembali ke kamar masing-masing untuk mandi dan berganti pakaian.

Beberapa saat kemudian, mereka bertiga turun ke bawah dengan pakaian bersih dan rambut yang masih sedikit basah. Sagara, yang sudah memiliki rencana di benaknya, berjalan lebih dulu mencari Tamara.

Tamara sedang membersihkan meja makan ketika mereka turun. Dia menoleh dan tersenyum melihat anak-anaknya yang sudah rapi.

"Nah, gini kan ganteng. Sekarang mau ke mana?" tanya Tamara memberikan seulas senyuman.

"Ma, Gara mau minta izin. Gara pengen ngajak Shaga sama Savalas ke tempat yang dulu sering kita kunjungi waktu kecil. Mungkin di sana Shaga bisa inget lagi sama kenangan masa kecilnya."

Tamara menghela napas sejenak, memikirkan permintaan Sagara. Dia tahu bahwa Shaga memang punya beberapa bagian dari masa kecilnya yang belum sepenuhnya diingat, dan mungkin perjalanan ini bisa membantu.

"Ya udah, kalian boleh pergi. Tapi inget, hati-hati di jalan. Jangan terlalu sore pulangnya, dan jangan lupa bawa minum sama camilan, ya. Nanti kalau capek, kalian bisa istirahat dulu."

Sagara mengangguk seraya tersenyum tipis, merasa lega karena mendapatkan izin dari ibunya.

"Makasih, Ma. Kita bakal hati-hati. Ya udah, Shaga, Savalas, kita jalan sekarang."

Shaga masih terlihat sedikit ragu, tetapi dia mengikuti Sagara dan Savalas yang sudah berjalan menuju pintu.

"Mudah-mudahan aku bisa inget lagi ya, Bang."

Tamara tersenyum dan melambaikan tangan ketika mereka bertiga keluar rumah. Di dalam hatinya, dia berharap perjalanan ini bisa membantu Shaga mengingat kenangan indah masa kecil yang mungkin selama ini terkubur dalam ingatannya. Namun, di satu sisi juga ia merasa cemas akan satu hal.

Semoga kalian bisa bersenang-senang, dan semoga Shaga bisa menemukan kembali potongan-potongan kenangan itu. Batin Tamara kembali membersihkan meja makan.

Sementara itu, Sagara, Shaga dan Savalas berjalan berdampingan menuju tempat yang penuh dengan kenangan masa kecil mereka. Suara langkah kaki mereka yang menyusuri jalan setapak terdengar beriringan, menciptakan ritme yang tenang di pagi itu. Meskipun ketiganya sedang dalam perjalanan yang sama, suasana hati mereka berbeda-beda.

Shaga yang paling antusias, tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Dia terus menatap sekeliling, mencari petunjuk ke mana mereka akan pergi. Di sampingnya, Savalas berjalan dengan tenang, menikmati suasana sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, sementara Sagara berada di depan, terlihat fokus memimpin jalan.

"Bang, kita ini sebenernya mau ke mana? Tempat apa yang ada banyak kenangan masa kecil aku? Aku gak sabar buat inget semuanya lagi," ucap Shaga penasaran seraya melirik Sagara.

Sagara tersenyum tipis mendengar antusiasme Shaga. Dia senang melihat adiknya begitu bersemangat, dan dia berharap tempat yang akan mereka kunjungi bisa membangkitkan kenangan yang selama ini terlupakan.

"Sabar, Shaga. Sebelum nyampe ke tempat itu, kita mau ke supermarket dulu. Kita beli makanan ringan sama minuman biar bisa kita makan di sana. Biar perjalanan kita juga jadi lebih seru," jawab Sagara seraya menoleh ke belakang.

"Oh, oke, sip! Jadi kita piknik gitu ya? Kedengerannya seru banget!" sahur Shaga terlihat senang dan tidak sabar untuk tiba di tempat tujuan.

Sagara mengangguk, merasa puas dengan rencananya. Di sisi lain, Savalas tetap diam, mengikuti dari belakang dengan langkah santai. Dia menikmati perjalanan ini meski tidak menunjukkan banyak emosi.

Kepingan Memori Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang