Bab 18

3.8K 298 52
                                    



















Setelah kejadian Zion tadi, remaja itu kini terbaring lemah dengan selang infus yang terpasang apik ditangannya, karena Altas menelpon Dokter Lian untuk datang.

Cukup lama Dokter Lian memeriksa Zion, membuat mereka semakin khawatir dan takut. Sebelumnya mereka tak pernah setakut ini, tapi melihat Zion tadi justru rasa takut mereka lebih mendominasi.



"Stabil, tapi harus tetap dipantau" Ucap Lian membuyarkan lamunan mereka.

"Terimakasih" Ucap Altas.

"Apa ada yang--".

"Tak ada, ini berhubungan dengan psikis tuan muda Zion jadi selanjutnya giliran Mark yang menanganinya" Potong Lian.

"Baiklah, terimakasih" Ucap Sebastian.




Dokter Lian sudah berpamitan pulang, kini Altas, Sebastian, Arion, Markus dan Ryu masih berada dikamar Zion. Mereka memandangi wajah damai Zion, yang nampak sembab dan pucat.

Altas duduk disamping Zion, ia menatap lekat wajah Zion lalu tangannya mengusap lembut kepala Zion lalu mengelus pipi tirus Zion.



"Apa yang mereka lakukan padamu, Zion, kenapa kamu sampai seperti ini" Ucap Altas.

"Tolong beritahu Daddy sakit yang kamu rasakan, jangan dipendam sendirian".

"Daddy disini sekarang kamu aman, kamu tak akan terluka lagi".



Sebastian berjalan kearah Altas lalu ia menepuk pundak anaknya itu, ia tau seberapa khawatir Altas tapi untuk membuat Zion mau terbuka, itu akan tetap sulit karena Zion sendirilah yang tak ingin membahas atau bercerita.



"Dad, Zion akan sembuh, kan?" Tanya Altas.

"Ya, Zion akan sembuh, kita berdo'a agar Zion cepat pulih" Jawab Sebastian.

"Zion sangat tampan dan manis, Zion mirip sekali dengan Maria, kulitnya yang putih, dan senyumnya juga mirip dengan Maria. Hanya mata, hidung dan tinggi badannya saja yang mirip denganku".

"Aku tak ingin bayiku terluka seperti ini, tapi takdir berkata lain bayiku harus menerima penderitaan yang amat membekas.. aku, aku ayah yang gagal.." Lirih Altas tersenyum sendu.




Mereka yang ada disana hanya bisa menatap iba Altas, seorang ayah yang mencoba kuat untuk anaknya yang mendapat trauma yang amat membekas.



"Daddy istirahat dulu ya, biar Rion dan Ryu yang menjaga Zion" Ucap Arion.

"Tidak, kamu saja yang beristirahat, Daddy yang menemani Zion, dia butuh Daddy sekarang" Ujar Altas.

"Tapi--".

"Pergilah Rion, beristirahatlah dengan cukup, jangan begadang" Potong Altas.

"Baiklah" Patuh Arion.




Markus menghela nafasnya pelan, ia tak menyangka trauma Zion akan kembali kambuh. Karena selama pemulihan, kondisi psikis Zion stabil dan menunjukkan hasil yang memuaskan.



"Mark, apa pemicunya?" Tanya Sebastian.

"Banyak, trauma Zion bukan hanya satu, tapi banyak jadi banyak pemicu yang membuat trauma Zion kambuh" Jawab Markus.

"Astaga" Khawatir Sebastian.

"Tapi kondisi Zion tadi, bisa membuat Zion serasa hilang ingatan" Ucap Markus.

"Apa maksudmu?" Tangan Altas.

"Bisa dikatakan Zion mengalami panik attack, membuatnya lepas kendali, jika mereka pingsan atau tidur, dan jika beberapa detik langsung sadar efek sampingnya mereka akan nampak linglung dan tak fokus" Tutur Markus.

Transmigrasi : The Death I Want 'Disconnected' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang