Bab 3

6.1K 392 35
                                    









           🌼 Selamat Membaca 🌼











         

           


Saat ini Altas, Maria, Arion, dan Zion masih menemani Zion, sedangkan Ryu ditugaskan untuk menjaga kembar D atau bungsu Daviandra.

"Cepatlah pulih, agar kita bisa menikmati waktu bersama-sama lagi seperti dulu" Lanjut Altas tersenyum sendu, lalu mengecup kening Zion yang masih memejamkan mata.

Maria ikut tersenyum bahagia, ia sangat merindukan Zion. Jujur ia tak menyangka kejadian buruk itu menimpa anaknya, Altas mengelus lembut kepala Maria agar sang istri tak terlalu menyalahkan dirinya karena kejadian 5 tahun yang lalu.





Zeon memperhatikan Zion, ia menelisik wajah Zion yang terhalang Nebulizer dan juga perban yang melingkar dikepala saudara kembarnya itu.

"Padahal wajah lo babak belur gini, tapi kenapa lo masih tetep bisa keliatan ganteng gitu sih" Ucap Zeon santai.



_𝙋𝙡𝙖𝙠𝙠_




"Bodoh" Kata Arion, setelah menggeplak kepala Zeon yang langsung meringis sambil mengelus kepalanya.

"Tapi itu fakta ko bang, iat itu wajah Zion, banyak luka tapi masih berdamage" Ucap Zeon menunjuk kearah wajah Zion.




Arion hanya menatap malas Zeon, bisakah disaat ini Zeon serius sedikit saja kenapa harus serandom ini pikirnya.

"Tentu saja Zion tampan, Karena Zion keturunanku" Sahut Altas tersenyum bangga.

"Ck" Decak Zeon memutar matanya malas.

"Lebih baik kau beristirahat, sana pergi" Ujar Arion dengan tangannya mengusir Zeon.

"Ck" Decak Zeon lagi,



Dengan berjalan kesal kearah sofa, lalu duduk disamping sang mommy yang kini tersenyum lalu mengelus kepala Zeon.

"Akhirnya, kamu bisa bersama Zion lagi" Ucap Maria tersenyum.

"Iya mom, tapi kita ketemu udah 17 tahun, apa Zion inget sama Zeon" Ujar Zeon pelan.

"Pasti... Zion pasti inget sama kamu dan kita semua" Balas Maria.



Zeon tersenyum lalu memeluk Maria, ia benar-benar bahagia setelah sekian lama menunggu Zion, kini saudara kembarnya kembali walau harus beristirahat dirumah sakit lebih dulu.

Altas hanya tersenyum saja melihat keluarganya yang sudah lengkap, ia akan menjaga dan melindungi keluarganya takkan ia biarkan siapapun mengusik keluarganya, khususnya ke lima anaknya.






Arion duduk dikursi samping bangsal, ia menatap lekat wajah sang adik yang selama ini ia rindukan.

"Zion, kamu denger abang?" Tanya Arion, dengan tangannya yang mengelus tangan Zion yang terbebas dari infus.


Senyuman tipis terpatri dibibir Arion, ia melihat tangan Zion yang penuh luka dan lebam, bahkan tangan Zion dibalut oleh perban.

Hatinya terasa sakit, kala tau terdapat retak ditulang tangan dan kaki Zion, rasa bersalahnya semakin besar melihat kondisi Zion saat ini.

"Cepatlah bangun, banyak yang merindukanmu, termasuk abang" Ucap Arion tersenyum.

Arion tersenyum sambil menggenggam tangan Zion, ia sangat merindukan adiknya itu, karena kelelahan membuat Arion terlelap tidur dikursi samping bangsal.








Transmigrasi : The Death I Want 'Disconnected' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang