Bab 37

3.1K 243 176
                                    

























































Tak terasa seminggu sudah Danu berdamai dengan keadaan sekitar, ia mulai terbuka kepada Altas dan Sebastian. Untuk Arion, entah kenapa Danu malas jika harus berurusan dengan pemuda bermuka tembok itu.

Bahkan sekarang mereka dijuluki tom and Jerry oleh Zeon, karena setiap bertemu pasti akan adu mulut dan berakhir Zion yang akan berdrama saat Altas dan Sebastian menegur mereka.

Sedangkan Zeon, anak itu semakin lengket padanya selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Untungnya selama seminggu ini ia dan Willy sengaja tak memiliki jadwal bertemu, jadi aman Zeon tak akan tau dan curiga.

Dan Danu juga sudah mempunyai jawaban perihal Maria, tapi Danu masih merasakan keraguan dihatinya. Satu sisi pasti Altas menunggu jawabannya itu, begitupun dengan yang lainnya jadi serba salah jika seperti ini.






Bukan hanya Danu, tapi Mia juga sudah satu minggu lebih tinggal dikota, seminggu itu juga ia sering pergi jalan-jalan mengelilingi kota bersama Bi Sari dan si bayi Dziyan.

Hal itu membuat Mia sedikit tau jalan dan tempat-tempat bagus dikota, yang membuatnya tak sabar adalah esok hari dimana dia akan mulai bersekolah.

Sejak tadi Mia terus memandangi seragam sekolahnya, senyuman dibibirnya tak luntur kala tak sabar menunggu esok hari. Sebelum suara bayi lucu Dziyan membuyarkan lamunannya, Mia berdiri lalu menggendong bayi kecil itu.




"Besok, kamu jangan rewel ya" Ucap Mia mengecup pipi Dziyan.

"Pa pa paa paaa~" Celoteh bocil yang baru berusia 1 tahun itu, membuat Mia terkekeh gemas lalu memeluk erat anaknya itu.

"Apa anakmu hanya bisa berbicara dengan kata itu saja".




Mia terperanjat kaget kala suara berat tiba-tiba terdengar dari arah belakangnya, ia melihat Zion yang berdiri dengan tatapan datar.

"Tapi usianya masih--".

"Ajarkan, itu bisa membuat kesalahpahaman jika orang-orang mendengarnya" Potong Zion lalu berjalan menuju kamarnya yang ada diapartemen itu.





Mia hanya bisa menghela nafas pelan, kenapa lelaki seumurannya itu sangat susah berbicara lembut. Memilih acuh Mia berjalan kearah dapur untuk memasak makanan untuk Dziyan dan juga untuk dirinya, kalo Zion mau ya tinggal ambil nanti.

Ingin rasanya ia memukul Zion yang selalu saja tiba-tiba sudah berdiam berdiri dibelakangnya, apalagi wajah flat pemuda itu sangat ingin dia tampar tapi ia urungkan karena takut dibuang ke desa lagi dan gagal bersekolah.

Sebentar, kenapa nada bicara Zion berbeda seperti bukan Zion pikirnya. Suara Zion terasa berwibawa dan juga membuatnya merasa tertekan, apa Zion sedang puber atau emang sudah merubah sifatnya entahlah Mia tak tau.





Akhirnya Mia berkutat didapur untuk memasak untuk Dziyan dan juga dirinya, tapi mumpung ada Zion mungkin ia akan memasak lebih banyak.

Tengah asik memasak, tiba-tiba ia dikagetkan dengan kehadiran Zion yang kembali sudah berdiri didekat meja makan.


"Kenapa?" Tanya Zion datar.

"Tidak, aku sedang memasak untuk--"

"Aku kesini untuk mengambil barang, jangan lupa besok sekolah" Potong Zion, lalu berjalan kearah ruang tamu yang terlihat Dziyan yang tengah bermain dengan beberapa mainan dan juga boneka dinosaurus.

Transmigrasi : The Death I Want 'Disconnected' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang