Chapter Fourteen.

146 31 56
                                    

Assmalamu'alaikum Raffasya update!!

Aku minta vote sama komennya yaw. Cuma vote doang gapapa kok, ikhlas dunia akhirat😁.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Happy Reading.

▪︎
▪︎
▪︎

Seorang pria kini sedang berada di kamarnya dengan secangkir teh hangat disisinya. Menikmati angin malam yang bergelut dengan hujan di malam ini. Matanya fokus ke arah luar memperhatikan setiap buliran air hujan yang terus turun membasahi bumi. Sesekali ia menyeruput teh hangatnya.

"Hamdan" panggil Aydan. Ia membuka pintu kamar putranya tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Iya pah, ada apa?" Hamdan menoleh dengan cepat. Aydan menghampiri putranya yang tengah menikmati angin malam dengan secangkir teh hangat. Ia duduk di sisi ranjang milik Hamdan.

"Ndan, surat yang papa titipkan sudah di kasih ke Annayya." Ucap Aydan to the point.

"Iya terus kenapa?" Balas Hamdan berjalan mendekati papanya. Ia ikut duduk di samping sang papa.

"Kamu tau sendiri kan, kalo Annayya itu tidak ingin mendahului kamu"

"Oh, ngerti aku. Papa mau Hamdan dulu yang nikah kan?" Ucap Hamdan tersenyum.

"Tau aja kamu. Tapi gimana? Kamu aja belum ada pasangan."

"Tenang pah, udah ada kok. Pertanyaannya, kapan Annayya nikah sama gus Fasya?"

"Menurut papa, mending nanti sekalian wisudanya. Papa udah obrolin ini sama Kiai Ikram"

"Papa yakin Annayya ga bakal nolak?" Tanya Hamdan. Ia tahu kalau adiknya itu keras kepala. Tapi, masa dijodohin dengan orang yang dia suka, Annayya bakal nolak? Ga mungkin. Pikir Hamdan.

"Perintah papa, mana mungkin di tolak" Hamdan membukatkan matanya mendengar itu. Dari dulu... ah, lupain.

"Sekarang aku tanya, terus kenapa dulu papa ga bujuk Annayya buat masuk pondok? Kan kalo papa yang bujuk Annayya bakal langsung mau, pah"

"Kenapa? Karena kamu ga ada kerjaan, jadi papa suruh kamu buat bujuk Annayya aja" enteng sekali Aydan berbicara seperti itu.

"Sekarang papa tanya, kamu pacaran?" Tanya Aydan serius. Wajah yang awalnya biasa saja, kini berubah menjadi serius. Matanya menatap tajam netra milik Hamdan. Sampai sampai Hamdan merasa takut karena tatapan tajam dari papanya.

"Nggak. Awal pertemuannya gini" Hamdan menggeleng kuat karena takut dengan tatapan Aydan.

FLASHBACK ON

2 minggu yang lalu.

Suara deru motor dengan kecepatan di atas rata rata itu kini menguasai jalan Raya. Motor spor berwarna hitam, helm, kaos berwarna putih yang di baluti jaket kulit hitam. Celana jeans hitam, bahkan sampai sepatunya pun berwarna hitam. Persis seperti anak geng motor. Dia Hamdan Hafuza Azzaky.

Hamdan ingin segera sampai ditempat tujuannya, Rumah Sakit. Pikirannya tidak tenang mendengar bahwa adiknya kecelakaan. Tapi dia juga harus memikirkan keselamatannya.

RAFFASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang