Assalamu'alaikum, aku up lagi.
Aku minta vote nya ya? Gak papa kan? Yg vote dikit banget. Jangan mau enaknya doang dong. Kalian harus kasih feedback sama aku.
Vote dulu ya bro. Oke, sebelum mulai, kita sholawat dulu yu. Pahala.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ
( Allahumma sholli 'ala sayyidina muhammad wa 'ala ali sayyidina muhammad. )
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
"Belajar agama itu tidak harus menunggu besar agar paham. Belajarlah di waktu kecil, agar kelak kamu paham."
-Kiai Ayyub Al-Zaelani.
Happy Reading.
▪︎
▪︎
▪︎Malam pun tiba. Fasya kini berada di Rumah Kiai Ayyub bersama dengan dua saudaranya. Ulwan dan Rafka. Mereka tengah bercanda ria di ruang tengah. Mereka duduk beralaskan karpet tebal disana dengan teh hangat di hadapannya masing masing.
"Ekhemm. Dari tadi wajahnya ceria mulu gue liat liat." Sindir Ulwan melihat Fasya tampak berbeda hari ini. Gus Fasya tengah fokus menatap layar ponselnya pun menoleh ke arah Ulwan sekilas.
"Biasa, pengantin baru." Celetuk Rafka. Detik berikutnya ia meminum tehnya.
"Siapa yang nggak seneng coba, nikah sama perempuan yang kita suka? Mana ini di jodohin lagi."
"Kalo irwii bilang bos." Ujar Fasya terdengar mengejek. Kedua pria yang mendengar itu pun memutar bola matanya jengah.
"Gue kapan ya di jodohin?"
"Mau?" Tanya Fasya seraya mematikan layar ponselnya. Detik berikutnya ia menatap Ulwan.
"Mau, tapi harus sama Salsa." Jeda beberapa detik, "tapi Abi nggak mungkin nikahin gue secepat itu. Gue aja masih kaya gini. Belum siap jadi suami. Apalagi jadi Abi dari anak anak Salsa ntar." Balas Ulwan sedikit mengkhayal.
"Suami itu adalah pemimpin Ulwan."
Ketiga pria itu menoleh saat mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. Kiai Ayyub, ia menghampiri ketiga pria yang tengah duduk melantai itu.
"Wanita, adalah madrasah pertama bagi anak anaknya. Dan madrasah butuh pemimpin yang tepat." Sambung Fasya.
"Nah, sekarang mengerti maksud Abah sama Fasya?"
Ulwan terdiam. Ia mencoba memahami apa yang di ucapkan oleh Fasya dan Kiai Ayyub.
"Ulwan paham. Jadi kalo Ulwan kurang mengerti akan agama, Ulwan gagal jadi pemimpin, Abah?" Kiai Ayyub tersenyum mendengarnya.
"Begini," jeda beberapa detik, "Suami adalah pemimpin keluarganya dan kelak dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinan (rumah tangganya). Istri adalah pengatur di Rumah suaminya, kelak akan diminta pertanggungjawaban tentang pengaturannya (di rumah suaminya). Pembantu adalah pelaksana dalam menjalankan pertanggungjawaban tentang pelaksanaannya. Anak lelaki adalah penjaga harta kekayaan orangtuanya dan kelak akan diminta pertanggungjawaban tentang penjagaannya. Jadi kalian semua adalah penggembala dan kelak kalian akan diminta pertanggungjawaban atas penggembalaannya. (Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFFASYA
Teen Fiction❗WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA ❗ Seorang anak dari pemilik pesantren Al-Hidayah. Muhammad Raffasya Aditya Al-Mufallah. Pria yang berniat akan melamar seorang gadis yang disukainya selama empat tahun lamanya. Annayya Zalfa Naqiyya. Gadis cantik, baik na...