Chapter Twenty Five.

147 16 5
                                    

Assalamu'alaikum, aku update lagiw.

25. Qabiltu private.

Akhirnya, chapter yg di tunggu-tunggu publish juga.  Senang tidak?

Oke, sebelum baca, mari sholawat kepda baginda kita.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ

(

Allahumma sholli 'ala sayyidina muhammad wa 'ala ali sayyidina muhammad. )

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Happy Reading.

▪︎
▪︎
▪︎

Tidak sampai 3 menit, Gus Fasya datang. Ia mengetuk pintu terlebih dahulu. Setelah seseorang menyuruhnya masuk, ia pun masuk.

"Assalamu'alaikum." Salam Fasya saat memasuki Rumah Abah Ayyub.

"Wa'alaikumussalam." Jawab ketiga pria itu kompak. Fasya duduk lesehan di samping Abah. Tidak lupa ia menyalimi ketiga tangan pria itu satu persatu. Fasya tidak tahu kalau ada Aydan disini.

"Om?" Sapa Fasya dengan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Saat Fasya melihat Aydan, ia jadi mengingat ucapan Aydan saat itu. 'Putri saya' Apa itu maksudnya? Pikir Fasya.

"Sudah siap menjadi pemimpin, nak?" Tanya Abah penepuk pundak sang cucu. Fasya tidak mengerti. Apa maksudnya? Datang datang langsung di tanya seperti itu.

Aydan dan Ikram terkekeh melihat ekspresi Fasya.

"Abi tanya, sudah siap menjadi pemimpin, nak?" Tanya Abi mengulang ucapan Abah. Fasya mengingat sesuatu. Beberapa hari lalu Ikram memberitahu dirinya akan di jodohkan. Sebentar...

"Maksudnya apa ya?" Batin Fasya.

"Sya? Mikirin apa?" Tanya Ikram menahan senyum.

"Hm? Ah, maaf." Jeda beberapa detik, "pemimpin? Maksudnya bagaimana Abi?" Tanya Fasya. Lebih baik, jangan terlalu berharap dulu ya, Sya, ya.

"Kamu tau, kedatangan saya kesini untuk apa?" Tanya Aydan menjeda ucapannya. "Saya ingin melanjutkan ucapan saya yang sempat saya gantung di saat ijab qabul Gus Radhika."

"Om, Fasya nggak ngerti apa maksudnya." Detik berikutnya Fasya menatap Abi dan Abahnya bergantian. "Maksudnya apa Abi, Abah?"

Abah terkekeh melihat cucunya yang tidak mengerti situasi ini.

"Aydan, langsung ke intinya saja. Kasihan cucu saya tidak mengerti dengan maksudmu." Ujar Abah menatap Aydan. Aydan menurut. Ia menatap Fasya dengan tatapan mulai serius.

"Panggil saya Papa mulai hari ini dan seterusnya." Fasya tersenyum mendengarnya. "Apakah benar, kamu punya niat akan mengkhitbah putri saya?"

Degh!

Jadi Aydan sudah tau? Pikir Fasya.

RAFFASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang