Chapter Twenty.

93 16 0
                                    

Assalamu'alaikum, Raffasya up lagiww. Pada nunggin gaqq?

Sebelum baca follow dulu ya. Ya anggap aja sebagai apresiasi kalian kepada akuww.

Oke, kita sholawat dulu yu. Dibaca loh, ya, sholawatnya.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ

( Allahumma sholli 'alasayyidina muhammad wa 'ala sayyidina muhammad. )

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Happy Reading.

▪︎
▪︎
▪︎

Annayya menangis bukan tidak mau di jodohkan. Tapi, ia takut kalau Hamdan berubah setelah menikah. Annayya takut Hamdan jadi sibuk dengan istrinya, takut Hamdan lupa bahwa dia punya dua adik kecil.

Sedetik kemudia, Annayya tertawa. "Pasti cuma mau Naya cepet nikah sama gus cuek, kan?" Tebak Annayya salah.

"Abang ga pernah main main soal agama loh," balas Hamdan meyakinkan. Annayya terdiam. Matanya mulai berkaca kaca. Jika ucapan Hamdan menyangkut agama, berarti dia tidak main main.

"Bang..." lirih Annayya seraya menggeleng pelan.

"Abang ga bohong, kan?" Jeda tiga detik, "bilang ucapan abang bohong, bang. Biar Naya ga nangis." Lanjutnya dengan air mata yang jatuh di kedua kelopak matanya.

"Loh, kok nangis? Sini sini peluk." Hamdan membawa Annayya kedalam dekapannya. Ia mengusap bahu Annayya dengan sayang. Air mata Annayya terus mengalir. Rasanya sangat sakit sekali.

"Kalo abang lupa sama Naya gimana?" Tanya Annayya di sela sela tangisnya.

Baru saja akan menjawab, tapi Annayya sudah kembali berucap.

"Nanti abang malah sibuk sama istri abang, lupa sama Naya sama Zai, Naya ga mau, Naya ga mau di lupain abang."

"Hey," menangkup wajah Annayya dengan tangan kekarnya. "Ngomong apa? Takut, hm? Dengerin abang. Kamu sama Zai, tetep jadi adik kecilnya abang. Ya, walaupun nanti kamu sudah bersuami, tapi kamu tetep jadi adik kecilnya abang. Kalo nanti gus Fasya bikin kamu nangis, abang maju paling depan. Kamu ga boleh nangis walaupun hanya setetes air mata." Jeda lima detik seraya menghapus air mata sang adik. "Secinta apapun abang sama istri abang, abang ga akan pernah lupain adik kecilnya ini. Masa kamu yang selucu ini abang lupain?"

"Jangan ya Ndan, ya." Timpal Aydan menambahi.

"Tuh, jangan kata papa. Lagian nanti istri abang bakal tinggal disini kok, sama papa. Tapi kamu tetep di pesantren sama gus Fasya. Mau kesini? Tentu boleh, pintu itu selalu terbuka untuk Zazaa."  Ujar Hamdan menganti nama panggilan Annayya. Hamdan mengambil nama "Zaza" dari nama tengah sang adik, Zalfa—Zaza. Tentu Annayya mengerti. Karena dulu Hamdan pernah memanggilnya pakai sebutan "Zaza"

Annayya tidak menanggapi. Ia kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang Hamdan.

°●●°●●°

Fasya berjalan memasuki Ndalem. Tidak lupa mengucapkan salam. Ia tidak melihat ada orang di Ndalem. Lalu ia berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

RAFFASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang