Chapter Five.

190 45 20
                                    

Assalamualaikum Raffasya update!!

Ada yang nunggu?!

Jangan lupa vote dan komen. Dan follow akun aku yaw

Ig : _stmryam

Happy Reading.

▪︎
▪︎
▪︎


Hamdan memalingkan wajahnya ke arah samping. Dia mengernyitkan alisnya saat tidak mendapatkan adik bungsungnya disana. Hamdan beranjak berdiri dari duduknya ingin mencari keberadaan Zaidah. Tapi sebelum pergi, dia kembali berucap dan menatap lekat Annayya yang masih menunduk dengan isak tangisnya.

"Dan asal lo tau. Bahagia yang di maksud mama adalah dengan lo masuk pondok. Sekali lagi lo bantah, MAMA BAKALAN BENCI SAMA LO!!"

Air mata Annayya terus mengalir tanpa henti. Dadanya terasa sesak, hatinya sakit, seperti di tusuk oleh benda tajam.

°●●°●●°

"Zai" panggil Hamdan mengetuk pintu kamar Zaidah. Hamdan tau, pasti Zaidah mendengar perkataan Hamdan tadi di bawah.

"Zaidah" panggil Hamdan lagi.

Karena tidak ada jawaban dari Zaidah. Hamdan pun membuka pintu kamar Zaidah dengan sangat pelan. Dia masuk, tapi dia tidak menemukan keberadaan adiknya itu. Akhirnya Hamdan berjalan menuju kamar mandi. Tapi dia tidak menemukannya juga.

"ZAIDAH" panggil Hamdan sedikit berteriak. Dia berbalik untuk keluar. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Zaidah menenggelamkan wajahnya di kedua lutut yang di tekuk. Hamdan pun langsung bergegas menghampirinya, lalu dia duduk bersila di hadapan Zaidah.

"Zai" Hamdan memegang bahu Zaidah. Berharap Zaidah menatapnya. Tak lama dari itu, Zaidah mendongak ke arah Hamdan, membuat Hamdan kaget dengan wajah adiknya yang penuh dengan air matanya.

Tanpa aba aba. Zaidah langsung memeluk Hamdan sangat erat. Hamdan pun membalas pelukan itu.

"A-bang" ujar Zaidah dengan suara tercekat. Hamdan mengusap punggung Zaidah lembut. Dia membiarkan adiknya selesai menangis. Kalau dia tanya dalam keadaan seperti ini, pasti tidak akan beres.

"Tenangin dulu, tenangin dulu. Selesain dulu nangisnya." Titah Hamdan yang masih mengusap punggung Zaidah. Tangis Zaidah semakin menjadi, hatinya sakit mengingat mamanya.

Beberapa menit kemudian. Tangis Zaidah mulai mereda. Hamdan yang menyadari itu, dia langsung melepaskan pelukannya. Yang dimana menampilkan wajah sembab Zaidah yang penuh dengan air matanya.

"Are you okey?" Tanya Hamdan yang yang mendapat gelengan dari Zaidah.

"Nangis lagi aja kalo belum selesai. Abang bakal tunggu disini" Zaidah terus menggeleng membuat Hamdan bingung dengan Zaidah yang menangis sesegukan.

"Terus kenapa? Coba cerita. Abang ada salah sama kamu?" Tanya Hamdan lembut. Dan lagi lagi Zaidah menggeleng. Hamdan menghela nafas pelan. Lalu menarik Zaidah untuk duduk di pangkuannya.

"Sini..." Zaidah menurut, dia duduk di pangkuan Hamdan, walaupun masih sesengukan.

"Udah bisa cerita?" Tanya Hamdan lembut. Tapi Zaidah malah melamun dengan menatap lurus ke depan. Setelah itu, dia mendongak menatap kakaknya dengan mata yang kembali berkaca kaca.

RAFFASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang