Sampai saat ini semua masih tentangmu
Chapter 𝘯𝘨𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘪𝘯 kali ini bukan karena tidak sayang, sayang banget malahan, tapi aku harus 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘮𝘶 demi kebaikanmu.
𝘚𝘦𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘨𝘰𝘰𝘥 𝘱𝘦𝘰𝘱𝘭𝘦
Aku titip dia ya Tuhan.
Dia 𝘣𝘢𝘪...
Laki-laki itu mengambil wudhu lalu melaksanakan sholat sunah sebelum akad, ia melakukan sholat sunah dua rokaat ini bersama Sandi yang merupakan wali dari pengantin perempuan.
Sholat sunah sebelum akad ini merupakan salah satu ijazah dari gurunya sewaktu masih dipesantren.
Beliau berkata, jika sholat ini dikerjakan, maka Rasulullah akan hadir dan menyaksikan langsung pernikahan tersebut. Masyaallah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha QueenallaAlmahyra binti Sandi Hanafi akhukal kabir alal mahril madzkur haalan."
"Bagaimana para saksi?"
"SAH."
Airmata laki-laki itu jatuh dalam jumlah banyak, isakan tangisnya pun menular kepada siapa saja yang menyaksikan. Tangisan seorang laki-laki yang membuktikan ketulusannya.
Queenalla juga melihat itu, ia tersenyum tipis, sebenarnya ia juga menahan tangis. Ia memandang lekat laki-laki yang sekarang resmi menjadi suaminya itu. Apa arti tangisan itu? batinnya.
Dengan arahan Papanya gadis itu mengambil perlahan tangan Abizhar, lalu mencium lembut punggung tangannya.
Abizhar memegang ubun-ubun gadis itu lalu membacakan doa.
"Allahumma innias'aluka min khoirihaa wa khoirimaajabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaajabaltaha 'alaih."
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya."
𝘊𝘶𝘱
Satu kecupan mendarat dikening gadis itu.
Amalan seperti mencium kening dan memegang ubun-ubun istri setelah ijab kabul termasuk salah satu sunah Nabi Muhammad SAW yang kerap dilakukan saat prosesi pernikahan.
Sandi menerbitkan sebuah senyuman, dadanya sesak menahan tangis. Ketegaran seorang ayah akan diuji ketika menyerahkan putri tercintanya kepada laki-laki yang akan mengambil alih tanggung jawabnya.
Menyaksikan dan menyerahkan secara langsung putrinya setelah akad. Dan tanggung jawab itu sekarang telah usai, tetapi tidak dengan cinta dan kasih sayangnya.
Gadis itu mengambil perlahan tangan Papanya, lalu mencium lembut punggung tangannya.
Sandi tidak bisa lagi menahan air matanya, air mata yang dari tadi ia tahan, kini berjatuhan dalam jumlah banyak.
"Nak, kamu adalah putri Papa tercinta, meskipun hari ini kamu akan menikah, dimata Papa kamu tetap putri kecil Papa, sesungguhnya perlu kamu ketahui, tidak ada seorang pun lelaki di dunia ini yang bisa mencintaimu melebihi cinta dan kasih sayang Papa."
Sandi memandang gadis itu penuh ketulusan, ia membiarkan air mata itu berjatuhan, ia ingin semua orang tau kalau ia sangat menyayangi putri semata wayangnya.
"Papa yang mencintaimu tanpa syarat, Papa yang mencintaimu tanpa pamrih. Cinta ini semata-mata didasari karena Allah, karena anak perempuan adalah amanat terberat dari Allah."
"Adapun hari ini, Papa insyaallah ikhlas dan ridho melepas kamu kepada nak Abizhar, karena Papa yakin dan percaya, nak Abizhar adalah laki-laki yang baik, dan mampu membimbing kamu menapaki jalan menuju ridhonya Allah."
Gadis itu menatap lekat kedua mata Papanya, sudut bibirnya bergetar, sebuah senyum lembut merefleksikan kedalaman rasa syukurnya. Ia memeluk erat tubuh sang Papa. Betapa beruntungnya ia, memiliki seorang Papa yang sangat menyayanginya.
Abizhar mendekati Sandi yang tengah memeluk putrinya. Laki-laki itu menerbitkan sebuah senyuman. "Abizhar janji akan menyayangi dan menjaga Nalla dengan baik Paa."
Sandi melepas pelukan itu, lalu menjabat tangan menantunya.
"Papa harap, kamu menantuku akan menemani putriku seumur hidupnya."
"Jangan pernah kau sakiti dia, apalagi perasaannya."
"Bahagiakan dia, bimbing dia, jika dia melakukan kesalahan, nasehati dia dengan cara yang baik."
"Dan jika suatu hari nanti kau sudah tidak mencintainya lagi, jangan kau beritahu dia, tapi beritahulah aku, aku akan membawanya pulang kembali."
"Selama umurku masih panjang, putri kecilku berhak mendapatkan kebahagiaan untuk dirinya sendiri."
Sandi semakin tidak bisa menahan isak tangisnya, bahkan Nalla yang menyaksikan itu ikut menangis sesenggukan, ia tidak peduli dengan make up diwajahnya.
Semua memori di kepalanya akan kenangan bersama putri satu-satunya itu terus berputar.
Putri yang ia timang saat pertama kali dilahirkan, saat ia mengadzaninya di rumah sakit, saat mengantar jemputnya sekolah, bermain boneka bersama.
Ia masih ingat putri kecilnya menolak keras masuk pesantren. Ia juga mengingat putri kecilnya merengek minta boyong dari pesantren, sampai sering sakit sakitan, padahal masih satu minggu tinggal di pesantren.
Queenalla tentunya juga masih mengingat momen momen itu, gadis itu menyeka air matanya, lalu menemui saudara-saudaranya yang datang.
Pernikahan kecil ini memang hanya dihadiri saudara terdekat saja, karena memang acara resepsi juga tidak lama akan digelar.
Di acara besar nanti tentunya Sandi akan mengundang rekan-rekan kerjanya, dan tidak lupa mengundang saudara- saudaranya yang jauh dari luar kota, bahkan luar pulau. Sandi memiliki banyak saudara, ia ingin semua berkumpul di hari spesial putri kesayangannya.
Laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu terus saja mencuri- curi pandang kepada istri kecilnya yang tengah sibuk dengan para tamu. Senyum itu terus saja terbit menghiasi wajah tampannya.
Nalla yang sadar dengan pandangan itu dibuat salting tidak karuan, ingin sekali ia menonjok laki-laki itu. Ia tidak suka di lihat lama lama, kedua tangannya sudah mengepal sejak tadi, tapi ia tahan karena tidak mungkin dia membuat keributan dan mempermalukan Papanya.
'Sabar Nallasabarr.' batinnya
Lihat aja nanti setelah acara, lo mampus ditangan gue.
Tandai typo plisss🐦 Maaf up nya agak lama karena wattpadnya ada kendala huhu🥺 Thanks for reading:3