Chapter 16: Bukan Pemula dalam Patah Hati

442 48 67
                                    

"Haiden, mulai hari ini, Nicky akan tinggal di istana bersama kita."

Haiden bersumpah, saat ayahnya mengatakan itu, ia tak merasa jika masih menapak bumi.

"Apa kau keberatan kalau—"

"Ayah jangan pura-pura perlu bertanya padaku. Sejak dulu, buat Ayah, pendapatku tidak pernah ada harganya."

Haiden memotong—terserah kalau mau dibilang anak durhaka, anak setan, anak tak tahu diuntung—karena baginya, tak ada untungnya sama sekali jadi putra Jonathan Adhikara.

Terlepas dari jabatannya yang mentereng dan pengaruh politiknya yang konon bisa memecah belah negara, Haiden tak pernah ingin mendapatkan apapun dari lelaki itu.

"Aku tidak keberatan Nicky diberikan marga Adhikara. Yang aku keberatan, kenapa Ayah bahkan tidak mau repot-repot untuk bilang padaku dulu sebelum mengumumkan semuanya ke publik?"

"Apa itu penting untukmu?" Namun, tanpa ia sangka, sang ayah justru mempertanyakan gugatannya. "Haiden, seperti yang kau tahu. Ayah adalah lelaki yang tidak pernah minta izin."

"Begitukah?" Mata Haiden berkilat marah. "Kalau begitu, biarkan aku jadi seperti Ayah."

"Apa maksudmu?"

Saat sang putra melangkah tanpa ragu ke arah pintu ruang kerjanya, Jonathan memanggil lagi.

"Apa yang kau maksud 'jadi seperti Ayah'!? Haiden!"

"Aku ini anak ayah," jawab Haiden tanpa menoleh pada sang presiden yang telah menggeram di belakang punggungnya. "Jadi biarkan aku menjadi seperti ayah—menjadi lelaki yang tidak pernah minta izin; bahkan jika nantinya aku akan mencoreng nama keluarga."

***

"Mas Ethan sudah bicara dengan Ayah? Apa katanya?"

Shea yang menunggu di salah satu sudut taman istana, menghampiri Haiden yang lesu dan kalut.

Ada gunanya juga ia memutuskan tak pulang sejak kemarin.

Kalau Shea lengah sedikit saja, bisa-bisa Haiden menusuk dirinya sendiri karena terlalu frustrasi.

"Mas Ethan? Apa katanya?"

Pacarnya itu tak segera menjawab.

Haiden duduk di samping Shea yang menatapnya khawatir, tak menoleh sedetik pun padanya.

"Mas Ethan?"

"Shea, ayo kita menikah."

"A-apa?"

"Ayo kita menikah dan pergi dari negara ini. Selamanya, Shea."

"Mas Ethan," Shea menggeleng, sempurna tak paham apa yang Haiden bicarakan. "Apa yang kamu katakan"—dan sepertinya ini pertama kalinya ia menyebut pemuda itu dengan 'kamu', semenjak mereka dekat dan mulai bersama.

"Kamu jangan gelap mata, Mas Ethan. Semua ini nggak akan selesai kalau kamu malah berpikir buat nambahin masalah."

"Shea, aku ngajak kamu lari yang jauh bukan buat ngerugiin orang, apa salahnya?"

"Tentu aja salah. Mama kamu sering kritis. Terus kamu mau ninggalin Mama gitu aja?"

"Lebih baik mana, aku tetap di sini buat ngancurin reputasi pria itu, atau aku pergi aja yang jauh dan ngundurin diri dari keluargaku?"

"Pria itu?" Shea mengulangi, "Ya Tuhan. Dia itu bapakmu. Kenapa kamu mikir buat ngancurin reputasi dia? Sebentar lagi dia maju kampanye, kenapa kamu mikir kalau dia harus jatuh sekarang juga? Soal adik tirimu, itu masih bisa dibicarain baik-baik!"

Brothers Complex | ENHYPEN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang