"Setelah ini, pasti perhatian Mama sama Papa kamu keambil semua sama Jian."
"Ya nggak apa-apa, emangnya kenapa?"
Shea menoleh pada Haiden yang—entah fokus menyetir atau sengaja menghindari kontak mata—tidak sedikit pun menatapnya balik.
"Mas Ethan, jangan bilang kamu nyesel ngelakuin itu sama aku?"
"Nyesel? Haha, nggaklah. Lebih masuk akal kalau kamu yang nyesel ketimbang aku."
"Kenapa aku?" Shea menunjuk hidungnya sendiri. "Memangnya aku kelihatan nggak ada bahagia-bahagianya?"
"Emang kamu bahagia?" Plis jawab iya, Dik, demi hatiku yang terlanjur coreng-moreng digauli keadaan. "Shea, yang kita lakuin kemarin itu nggak bener, lho."
"Ya tahu, sih," Shea heran kenapa semua orang seolah menganggapnya bodoh.
Padahal, ia sudah berusaha keras untuk menunjukkan bahwa ia juga mengerti.
"Tapi kan itu udah terlanjur kejadian. Mau di-cancel juga Mas Ethan terlanjur masuk-"
"Shea!"
"Terlanjur masuk ke kamarku," Shea mengedip bingung, "aku 'kan belum kelar ngomong."
"Oh, okay... Shit!"
Haiden mengerem mendadak karena dua alasan.
Satu, lampu merah.
Dua, ambiguitas kata 'masuk'.
"Kirain masuk apaan...," gumamnya pelan.
"Emangnya masuk apaan, Mas?"
"Nggak ada, Dik. Lupain aja."
"Tapi yang kemarin itu beneran masuk, kok."
"Ya ampun, udah dong!"
Kalau saja tidak ingat dirinya sedang membawa bidadari khayangan di mobilnya, Haiden pasti dengan sukarela menabrakkan kuda besi ini ke trotoar saking malunya.
"Kamu tenang aja. Mas bakal tanggung jawab."
"Lho, kenapa tanggung jawab?" Shea memiringkan kepala, "Aku 'kan nggak minta ditanggungjawabin."
Mata Shea membola, berbinar-binar menatapnya seperti kunang-kunang yang minta dijaring dan dirawat dengan penuh kasih sayang.
Haiden menelan ludah, sekuat tenaga menahan untuk tak menyulap diri jadi pemangsa.
Sungguh, ia begitu lapar dan sangat ingin menerkam Shea.
"Emangnya Mas Ethan mau tanggung jawab apa, sih?"
"Gini, deh. Intinya, Mas bakal tanggung jawab, Dik. Terserah kamu minta atau enggak."
"Ya tapi aku nggak ngerti, jelasin dulu." Entah kenapa tiba-tiba Shea menggerutu. Ia menyilangkan lengan, warna merah kentara menjalari pipinya. "Kadang Mas Ethan tuh suka overthinking."
"Ya ampun, Dik."
Haiden berpaling sekali lagi saat Shea jadi makin imut di matanya
Ia bersikeras untuk tak menandaskan si susu stroberi meskipun sangat ingin.
"Bisa nggak sih, biasa aja ekspresinya, Dik?"
"Nggak usah ngalihin topik deh, Mas."
"Bukan gitu..."
Duh. Cobaan banget jadi pacarmu, Shea.
Ujian hawa nafsunya tinggi banget sampai aku kegoda-goda buat terus bikin pelanggaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers Complex | ENHYPEN ✅
RomansaKeluarga Syailendra punya tiga anak kembar: Raja, Jian, & Shea. Mereka kira, mereka akan akur selamanya. Namun, saat kedua kakaknya terang-terangan mengobarkan perang melawan Haiden, si anak presiden yang terus-terusan mendekati Shea, si bungsu just...