"Lima menit lagi kita on air."
Hidung sutradara produksi berita yang setajam silet itu mengendus-endus ruangan.
"Oh, shit. Miras macam apa lagi yang kamu selundupkan di ruangan ini, Sam? Apa kamu sengaja membuat karirmu dalam masalah? Salah satu tamu kita hari ini adalah anak presiden!"
Sam Cassian, pewarta yang bertugas malam itu, menggumam enggan.
Skrip alias bahan untuk membantai narasumber, dihempaskan hingga meluncuri meja, nyaris menabrak sebotol Captain Morgan yang sudah ditenggak setengahnya.
"Sam, please. Kamu ini serius nggak, sih?"
Sutradara yang galak nyaris menjewer kuping Sam.
Untung ia lekas ingat, kalau pegawai yang cemerlang ini sampai ngambek dan mogok siaran, acara besar hari ini bisa gagal.
"Tolong, jangan permalukan seisi NTV. Kamu akan mewawancarai anak tunggal dari presiden kita: Haiden Ethan Adhikara. Putra Jonathan Adhikara."
"Wow, amazing." Sam merespon sarkastik, "Dulu aku tidak menyoblos orang itu saat Pemilu. Lalu kenapa sekarang saat dia mengacaukan negara aku harus ikut membersihkan sampahnya?"
Sam berdiri dengan malas, mematut jasnya di depan kaca.
Jujur saja, minggu ini ia sudah berniat untuk mengambil cuti karena tiket ke Vietnam sudah dibeli.
Namun, gara-gara kontroversi bodoh dari Jonathan Adhikara lawan komunitas pengusaha di daerah pinggiran kota, ia harus membatalkan jadwal liburannya dan terdampar di studio busuk ini, lagi dan lagi.
"Selamat malam, Pak Haiden."
"Oh, panggil Haiden saja."
Sam yang sudah duduk di balik meja siaran, pura-pura membetulkan lavalier mic-nya.
Dalam hati, ia meneguhkan niat selurus tiang bendera untuk membantai Haiden dan antek-antek bapaknya sampai habis-habisan malam ini.
Merdeka, atau mati.
Persetan dengan 'pihak oposisi' yang dihadirkan oleh NTV untuk ikutan merujak si putra mahkota Adhikara. Biar pun cuma sendiri, Sam yakin dia bisa membawa kemenangan besar tanpa bantuan siapa-siapa.
"Selamat malam, Sam."
Sam menoleh.
Seorang lelaki tampan berparas setengah bule, mengenakan jas Emernegildo Zegna dan sepatu pantofel mewah dari Silvano Lattanzi, ikut duduk di belakang meja siaran, sekilas membetulkan dasinya yang sudah terpasang sempurna.
Pria perfeksionis ini seperti membawa kebun bunga ke dalam ruangan; benar-benar wangi.
"Hai." Sam menyambutnya dengan senyuman paling manis. "Long time no see, Raja."
Tidak seperti Haiden yang terang-terangan tebar pesona ke seisi studio NTV, Raja Yustian Syailendra tampil lebih tenang dan bersahaja.
Terakhir kali, Sam bertemu Raja di Kyoto Gyoen saat pemuda itu membawa jalan-jalan anjing peliharaan adiknya.
Jian Archayan, anak tengah keluarga Syailendra yang playboy mampus dan suka kabur-kaburan ke seluruh dunia, meninggalkan anjingnya di apartemen mereka di Jepang untuk pergi ke Yunani, lalu menelepon kakak sulungnya agar segera terbang ke sana.
Singkat cerita, sejak hari itu, Sam mengikrarkan diri jadi salah satu dari sekian juta orang yang menaruh respek pada Raja.
Alasannya, pewaris utama kerajaan bisnis Syailendra itu begitu sabar menghadapi Jian yang menurutnya, sebelas-dua belas dengan boneka voodoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers Complex | ENHYPEN ✅
RomanceKeluarga Syailendra punya tiga anak kembar: Raja, Jian, & Shea. Mereka kira, mereka akan akur selamanya. Namun, saat kedua kakaknya terang-terangan mengobarkan perang melawan Haiden, si anak presiden yang terus-terusan mendekati Shea, si bungsu just...