Chapter 9: Balas Dendam Termanis

582 76 89
                                    

"Elsa, kamu harus dengar ini—"

"Eh, Sam, kok nelpon? Kenapa?"

"Please, jangan dipotong dulu."

"O-oke."

"Sekarang aku sedang di kamar Jian—"

"Hah!? Ngapain!? Kak Jian khilaf!? Kalian pakai pengaman apa main polosan!?"

"SUDAH KUBILANG JANGAN DIPOTONG, SHEA! AMPUN DEH! LAGIAN NGERTI AJA  SIH SAMA YANG BEGITUAN!? KAMU ITU POLOS APA PURA-PURA POLOS!?"

"Hehe. Ya udah, tadi kamu mau info apa?"

"Jadi gini. Dua kakakmu yang kurang kerjaan itu menyewa LC—dan sebelum kamu bertanya LC itu apa, kujelaskan dulu kalau LC itu semacam sebutan untuk cewek cantik yang biasanya tugasnya adalah menemani karaoke. Mereka memanggil cukup banyak ke rumah dan akan mengarahkan mereka untuk menggoda Haiden Ethan Adhikara."

"Haiden Ethan Adhikara?"

"Iya. Kalau kamu tanya juga Haiden Ethan Adhikara siapa, aku bakal bakar kasur Jian pakai minyak telon!"

"Oooh!"

Saat Shea terdengar roaming, Sam mulai jelalatan mencari pemantik api.

"Mas Ethan kan pacarku, Sam?"

"Makanya!" Sam menyemprot emosional, "Kan katanya kalian baru jadian barusan. Makanya aku kasih tahu kamu nih biar kalian nggak terpaksa putus gara-gara Jian sama Raja!"

Sam betul-betul sukses dibikin geregetan.

Sejak tadi, pakaian yang diberikan Jian padanya sudah lecek karena diremas-remas.

"Jangan tanya kenapa aku tiba-tiba jadi baik pada Haiden-mu itu ya, Shea. Aku cuma malas kalau nanti kamu curhat ke aku, nangis bertahun-tahun dan jadi kurus kering gara-gara patah hati. Aku juga nggak mau nama baik orang yang disukai sama sahabatku tercemar gara-gara dipancing oleh kakak-kakaknya yang sebenarnya juga nggak pintar-pintar amat di mataku."

"Eh tapi Kak Raja pintar, kok."

Malah dibela lagi, ya Tuhaaan.

"Intinya kalau nanti ternyata pacarmu beneran datang ke sini, suruh hati-hati saja sama cewek-cewek atau kunci saja di kamar sampai minggu depan."

"Hm, oke. Makasih ya Sam infonya."

Makasih doang? Terus tindak lanjutnya apa?

"Shea, jangan makasih doang!"

Sam hampir mengomel lebih panjang, tapi pengganggu sejatinya keburu mengetuk pintu kamar.

"Sam! Sam! Masih lama, nggak? Kamu dicariin Mama tuh!"

"Duh, sebentar ya Jian... diare nih. Kebanyakan makan seblak ceker!"

Sam mulai pucat karena Jian sudah menggedor-gedor pintu kamarnya.

Perihal 'acara akan segera dimulai', Sam bersumpah dia sudah tahu.

Namun, belum pernah rasanya ia diburu-buru jadi sepanik ini.

Sam langsung berlari ke toilet, menyalakan air dari kran bathtub sederas mungkin, sambil memikirkan cara tercepat agar Jian menyingkir pergi saat ia dan Shea sedang menyusun strategi.

"Jian, ambilin tisu toilet, dong! Tisunya habis, nih!"

"Lah?" dari balik pintu, Jian bertanya keheranan, "Kan di atas lemari ada selusin? Memangnya habis? Kamu cemilin apa gimana?"

Brothers Complex | ENHYPEN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang