Cerita Ibu

38 18 4
                                        



Malam ini. Aku tidak bisa tidur. Padahal gatal-vatal sudah sembuh. Aku turun ke lantai satu dan mencari ibu. Ibuku cantik dengan daster selutut dan rambut diikat. Wajah ibu mirip dengan wajahku, kata orang.



"Bu, boleh gak malam ini ibu tidur sama kakak?" Pintaku merengek.


"Boleh. Yuk!" Ujar ibu lembut.


Kami menaiki anak tangga. Satu persatu. tanpa bicara. Ibu berbaring di sampingku. Lampu sudah aku padamkan. Ac sudah dinyalakan. Ibu memelukku kemudian bertanya.


"Kenapa?"


"Bu, boleh cerita?"


"Boleh"


"Bu, pernah gak di posisi nyaman dengan seseoramg tapi orang tersebut sudah punya?"


" punya apa?"9


"Pacar"


"Belum pernah sih. Kenapa? Kaka sedang mengalaminya?"


Aku mengangguk.


"Gini kak. Rasa sayang, suka, kagum, tertarik itu adalah anugerah. Tidak semua orang bisa merasakannya. Jangan pernah menolak rasa itu."


" tapi kalau posisinya seperti itu bagaimana Bu?"


"Kakak harus belajar bertanggung jawab pada anuegrah itu. Seperti ibu, diberikan anak. Itu anugerah. Dan Ibu harus bertanggunghawab atas anak-anak ibu"


"Caranya?" Tanyaku.


"Tempatkan rasa itu di posisi yang baik. Bila waktunya disimpan, simpanlah di tempat yang baik. Bila waktunya tumbuh, tumbuhkanlah dengan baik. Bila waktunya harus hilang, hilanglah dengan baik". Ujar ibu.


"Kakak harus gimana?"


"Kaka pahami kalimat ibu tadi ya. Ibu percaya kaka bisa melakukannya. Ibu boleh tahu siapa orangnya?"


"Rahasia buuuu" ujarku.


"Baiklah. Cuma ya itu. Di fase kita sebelum menikah memang adalah fase menyeleksi hati. Siapapun boleh singgah. Tapi, sekali lagi. Tempatkan rasa itu di tempat yang baik ya, Saga". Ucap ibu sambil mengelus kepalaku.


"Kalau sulit?"


"Pasti sulit. Tapi, kesulitan akan jadi kemudahan dengan iman"


"Maksudnya?"


"Maksudnya, kalau kamu lakukan dengan tujuan baik. Merasakan sakit sedikit tak apa. Kalau kita merasakan sakit, kita akan tahu bagaimana mengobatinya. Tapi kalau orang lain sakit karena kita? Kita tidak pernah tahu lukany sedalam apa, dan bagaimana menyembuhkannya".


"Jadi?"


"Jadi, kamu lakukan yang menurutmu baik ya".



Sambil kembali mengelus rambut, dahi, ibu menatapku lembut. Sebelum tidur beberapa kali, dahi dan pipiku dicium ibu. Ibu mengelus dadaku denga hangat. Dan setelahnya aku tiba-tiba saja bisa tertidur.


Sabba dan SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang