Sirene ambulance membelah jalanan, memacu kendaraan di tengah sekaratnya tubuh yang berlumuran darah.
Dua orang perawat yang bertugas memberikan pertolongan pertama selama menuju rumah sakit, berusaha mempertahankan jiwa diambang batasnya.
Ambubag dipompa terus menerus membantu tubuh nan berlumuran darah itu, sejalan dengan tekanan dada mempertahankan ritme jantung yang lemah.
Mereka bahu membahu menarik nyawa yang sedikit celah saja melayang jikalau mereka lalai dengan tugas menegangkan itu.
Tidak bisa lagi mereka bayangkan bila berada di posisi mengenaskan itu. Setiap kali dada itu ditekan, darah terus keluar bersama buih-buih, mereka semakin tidak tega melihat pendarahan disekujur tubuh itu belum berhenti.
Mahendra yang senantiasa memegang tangan dingin sang Anak menangis pilu menyaksikan tindakan perawat .
Hatinya hancur luar biasa melihat tatapan kosong anaknya, bahkan tidak ada reaksi sama sekali ketika tubuh itu diberi penanganan.
"Maafkan Papa ... bertahan Nak, Papa salah."
Tangis penyesalan Mahendra mengiri lajunya perjalanan. Rasanya ia ditampar kenyataan, sikapnya egoisnya membuat anaknya semakin menderita.
Tibalah roda empat itu di tempat tujuan, bersama keluarga yang mengikuti dari belakang.
Brangkar diturunkan, dan dibawa cepat ke ruangan operasi, dan tentunya selama menuju ke sana perawat tetap melakukan CPR, mengungkung tubuh mengenaskan itu.
Isak tangis keluarga mengiri roda brangkar hingga tenggelam di pintu besar. Meninggalkan jerit tangis harapan meminta belas kasihan Tuhan.
Para perawat dan beberapa Dokter sudah siap melakukan tugasnya. Tubuh tergolek lemah itu dibuka segala pakaian basah yang melekat, termasuk popok diganti yang baru untuk menampung pendarahan daerah privasinya.
Sekarang tubuh itu tidak dikenakan sehelai benang apapun, Dokter dan perawat lain berpacu cepat memasangkan alat-alat medis.
Ambubag yang kotor muntahan darah, langsung diganti dengan alat bantu napas yang lebih efektif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Lãng mạnCinta tak pernah salah melabuhkan rasa, mengisi kekosongan yang tak pernah diinginkan, sampai hati yang dipaksa menerima, menggores luka tak pernah iba. Hingga hari itu tiba, penyesalan menghancurkan keegoisan semesta, membuka tabir ketulusan jiwa...