19

1.3K 110 13
                                    

Hari semakin gelap, Dokter belum memperolehkan anggota keluarga pasien masuk untuk menjenguk. Mereka bekerja semaksimal mungkin demi bisa membuat kondisi pasien menjadi lebih baik. Namun, belum  menunjukkan perubahan signifikan.

Tubuh itu masih dalam kondisi yang sama, tanda vitalnya pun cenderung turun dari sebelumnya.

Hanya karena tunjangan peralatan medis yang membuat pasien mereka bisa bertahan sampai sekarang.

Suhu tubuh yang tadinya turun drastis, sekarang menjadi tinggi hingga mencapai 40°. Sari makanan yang dimasukkan ke selang NGT pun berakhir dimuntahkan, dan mereka dengan cepat menyodotnya agar tidak terjadi gagal napas.

Tubuh Elang yang dibungkus oleh selimut, diperintahkan Dokter diturunkan sampai batas paha, memperlihatkan popok menyebul di balik kimono.

Dokter menyuntikkan obat penurunan demam, lalu menempelkan stetoskop ke dada yang lebam itu, lalu turun ke bagian perut yang diperban untuk menutupi bekas operasi yang terasa kaku dan keras.

Dokter menghela napas saat membuka popok kebesaran itu. Selang kateter yang menjulur mengeluarkan urine keruh, dan tidak itu saja cairan feses cair bercampur darah masih keluar, padahal sari makanan yang masuk selalu saja dimuntahkan, dan itu tentu tidak baik.

Dokter meminta suster mengganti popok Elang karena hampir bocor, dengan cepat dilaksanakan dengan cekatan.

Dokter beralih fokus melihat wajah kuyu sang Pasien yang kehilangan kesadaran dengan mata terbuka.

Diumurnya yang menikmati masa jayanya, pasiennya ini harus berjuang melawan sakitnya. Sejak dari awal ia menanganinya, ia sedikit tahu bagaimana latar belakang kehidupan pasiennya ini.

Baik orang tua dan mertuanya adalah orang yang terpandang, bahkan pasiennya ini orang yang sangat disegani dalam dunia bisnis.

Namun di balik kekuasaan itu, Tuhan memberi ujian sakit. Biasanya ia sering melihat berita perkembangan perusahaan yang dipimpin oleh pasiennya ini. Banyak yang kagum dengan kemajuan yang beliau dapatkan di usianya sekarang.

Ia masih tidak menyangka bisa bertemu secara langsung dalam kondisi yang tak baik. Ia tahu beliau ini orangnya sangat baik, dapat dibuktikan banyak media yang meliput kondisinya yang sedang sakit keras.

"Bertahanlah, Tuan. Banyak yang sayang padamu. Paling tidak, bertahanlah untuk anak dan istrimu. Mereka benar-benar hancur melihatmu seperti ini." Mengelus pipi hangat Elang. Lalu menyapu kelopak mata yang tampak kering.

Tangannya, bergerak mengambil obat tetes mata, lalu menitikkan ke kedua mata yang menatap kosong itu.

Dokter memandang miris dada dan perut ringkih itu, bagaimana ventilator mengambil alih pergerakan sesak itu, dada dan perut itu bergerak sesuai ritme tekanan oksigen yang masuk.

Suster telah melaksanakan tugasnya, Ia menarik selimut sampai batas pinggang sesuai perintah Dokter untuk melihat pergerakan napas Elang yang masih dalam pantauan.

Bahkan mulut yang terbuka itu seakan  masih kesulitan bernapas walaupun sudah dibantu dengan ventilator.

Detak jantungnya juga masih sangat lemah, bisa berhenti kapan saja.

Mereka begitu salut bagaimana perjuangan pasien mereka bisa bertahan sampai saat ini. Yang sebelumnya selamat dari mati otak, kembali berjuang lagi untuk bisa selamat dari kritisnya.

Terkadang mereka berpikir, kekuatan apa yang bisa membuatnya bertahan sampai ini.

Sebelum tirai dibuka, Dokter menaikan selimut hingga batas dada, agar keluarga pasien yang di luar tidak semakin sakit melihat alat-alat medis menyembul dari baju pasien.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang