$$$
"Soetowo itu sepertinya punya kenalan terpercaya di Mulya."
Abbercio kembali mengingat salah satu ucapan kakeknya di malam ia bertamu secara mendadak satu minggu yang lalu. Memang sudah satu minggu ini tidak nampak gangguan dari keluarga Soetowo terutama Dinda, namun ia masih tetap merasa tidak nyaman karena seolah-olah dijadikan obsesi seseorang.
Kenalan terpercaya Soetowo di Mulya membuat Abbercio penasaran. Ibunya tidak mungkin. Ia hidup selama tiga puluh tahun menjadi anak seorang Fransisca Sastranegara dan ibunya nampak sama kecewa ketika mengetahui bahwa keturunan keluarga Soetowo masih mengganggunya. Bagi Fransisca, ketika sudah diikat dalam pernikahan, maka tidak boleh diganggu gugat.
Abbercio pun setuju akan hal itu.
Ia sangat yakin bukan keluarganya yang suka membocorkan informasi mengenai anggota Mulya kepada orang di luar sana.
"Bi, Kimi ke mana?" tanya Abbercio dengan suara yang serak.
Tadi malam, laki-laki berumur tiga puluh ini terserang demam karena selama satu minggu penuh bergulat dengan jadwal padat dan minimnya istirahat.
Hubungannya dan Kimi sedikit membaik walaupun perempuan itu masih sok jual mahal ketika tidak ada hal yang menguntungkannya.
"Non Kim udah berangkat, Pak. Katanya hari ini udah janji sama pekerja-pekerja di sana mau ada acara," jawab Bi Wiwi yang nampak sibuk menyiram tanaman-tanaman kecil peliharaan Kimi.
"Acara?"
"Iya, saya gak tahu acara apa, Pak. Tapi Non Kim dari kemari sudah titip pesan minta dibuatkan nasi kuning ke Bi Ida," lanjut Bi Wiwi.
Abbercio mengurut keningnya pelan dan mengucapkan terima kasih dengan lirih. Laki-laki itu berniat untuk beristirahat satu hari di rumah, namun rasanya percuma ketika di sana hanya akan ada ia dan tiga bibi yang pasti sibuk sendiri.
Dengan cepat, Abbercio mengirimkan pesan pada Yudi untuk menjemputnya di apartemen. Ia memutuskan untuk pergi ke kantor Tanoto. Setidaknya di sana ada para sepupunya dan ia bisa berdiskusi apapun yang mengalihkan sakit di kepalanya.
$$$
"BAPAK-BAPAK!" teriak Kimi di tengah-tengah jalanan antara unit-unit rumah.
"Sesuai janji, hari ini makan siangnya dari saya, ya! Saya udah bawa makan siang banyak!" lanjut perempuan dengan setelan kaos polos berwarna merah terang serta celana hitam panjang.
Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul sebelah lewat empat puluh lima menit, jadi menurutnya ini adalah waktu yang tepat untuk membuat pengumuman.
"Waduh, Bu, katanya Ibu mau makan padang sama kami?" canda salah satu pekerja yang memutuskan untuk muncul dari salah satu unit rumah yang sedang dibangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You
Fanfiction(Series #13 Tanoto & Salim) Cio ingin berlari kabur, tapi Kimi adalah pelari hebat.