$$$
Butuh empat hari sampai Kimi benar-benar dinyatakan bisa pulang dari rumah sakit.
Perempuan yang mengetahui penyakitnya dulu saat masih menjalani studi S2 dan tidak melakukan pengobatan membuat ia harus mengulang kembali serangkaian tes juga konsultasi untuk mendapatkan pilihan terbaik.
Kesepakatan untuk tidak memberitahu siapa-siapa akan kejadian yang terjadi membuat Abbercio pun harus kucing-kucingan saat bekerja. Ia mengajukan cuti mendadak dan mengerjakan seluruh pekerjaannya lewat daring. Untungnya hanya satu hari di mana ia terpaksa harus meninggalkan Kimi di siang hari karena adanya agenda penting di kantor.
"Kimkim, digendong ya?" tawar Abbercio ketika mobilnya berhenti di depan lobi apartemen.
Untuk menyempurnakan rahasia, laki-laki itu bahkan memutuskan untuk menyetir sendiri dari rumah sakit ke apartemen.
Kimi menggeleng. "Nanti jadi pusat perhatian. Aku gak mau."
"Masa pemilik channel YouTube jutaan subscribers gak mau jadi pusat perhatian?" tanya Abbercio dengan nada bercanda.
"Ih, ini kan beda!"
"Yaudah, kamu merem aja sepanjang aku gendong, jadi nanti ada alasan kalau kamu tidur. Gimana?"
"Berat gak sih?"
"Nggak," jawab Abbercio santai. "Kamu pikir yang kemarin gendong kamu sampai mobil siapa?"
Kimi menyengir dan kemudian mengangguk. "Yaudah, ayo gendong."
"Sip. Aku ada sedikit hadiah nanti kalau kita sampai."
Perempuan itu hendak kembali bertanya namun Abbercio lebih dahulu membuka pintu dan berlari kecil untuk mencapai pintu tempat Kimi duduk. Kimi langsung memejamkan mata dan ia dihadiahi kecupan singkat di pipinya yang menyembul karena ia menggulum senyum.
Abbercio dan Kimi tiba di unit apartemen mereka yang begitu sepi karena para pekerja dipulangkan sebelum siang selama Kimi berapa di rumah sakit. Dengan alasan berlibur, tiga pekerja rumah tangga itu sama sekali tidak menaruh curiga dan dengan semangat menyiapkan masakan untuk makan siang dua penghuninya yang pulang dari liburan hari ini.
"Kimkim, kita baru pulang."
Kimi langsung menoleh dan menangguk. Mata perempuan itu mengerjap perlahan ketika sang suami meraup wajahnya dan memberikan ciuman yang selalu keduanya bagikan setiap si laki-laki baru pulang ke rumah.
Pipi Kimi semakin bersemu ketika merasakan jemari Abbercio mengelus kulitnya dengan lembut. Ia hampir akan membiarkan dirinya terlena dalam ciuman pekat itu apabila tidak teringat hadiah yang sudah diiming-iming sejak masih di rumah sakit.
Dengan napas terengah ketika ciuman itu terurai, Kimi mengalungkan tangannya di leher Abbercio dan menatap laki-laki itu penuh harap. "Jadi, hadiahnya apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You
Fiksi Penggemar(Series #13 Tanoto & Salim) Cio ingin berlari kabur, tapi Kimi adalah pelari hebat.