Happy reading
and enjoy the story.•
•
•
•
•
""Motor astrea Fabian melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya, jalanan yang masih terlihat basah dan sedikit licin, membuat Fabian harus mengurangi kecepatan laju motornya.
Bajunya masih basah kuyup, rencana Fabian sebelum pulang ke apartemennya, ia mampir sebentar ke rumah neneknya. Sudah hampir seminggu ia tak mengunjungi wanita paruh baya itu, juga adik kecilnya, yang tinggal bersama neneknya.
Motor Fabian berhenti di depan sebuah rumah berdinding kayu, terlihat sederhana. Seorang gadis cantik yang duduk di atas kursi roda di teras rumah, menatap Fabian yang berjalan ke arahnya, raut bahagia terpancar jelas di wajah gadis itu, kala Fabian datang menemuinya.
" Baju kakak basah," kata gadis itu dengan raut wajah khawatir.
Fabian tersenyum, seraya memberikan kecupan singkat pada kening gadis itu.
" Iya, hujannya deras banget,"
"Nih," Fabian memberikan donat kesukaan Freya. Tentu saja hal itu mampu membuat Freya berbinar.
" Nenek mana?"
" Lagi masak singkong," jawab Freya, tangannya naik membuka kotak donat yang di berikan oleh Fabian.
"Tadi om Ferri datang," ucap Freya, memulai pembicaraan antara keduanya.
Raut wajah kesal terpatri jelas di wajah Fabian, saat mendengar ucapan adiknya barusan.
Mengerti dengan perubahan ekspresi Fabian, membuat Freya menghela napas pelan, ia tau saat ini Fabian sedang kesal." Kata om Ferri kakak mau sekolah lagi," ungkap gadis berusia 15 tahun itu," beneran kak?" tanya-nya.
Fabian tak langsung menjawab ucapan Freya, ia mendudukkan bokongnya di kursi yang terbuat dari rotan, yang ada di sebelah Freya. Sepertinya Ferri sudah membeberkan kepada semua orang tentang niatnya yang akan sekolah lagi.
" Kayaknya iya, fre."
"Ihh bagus dong kak, ini yang papa mau kan,"
kedua netra Fabian, menatap horor adik kecilnya itu."Kak..." rengek Freya. Sadar akan tatapan Fabian membuat Freya bergidik ngeri.
" Kakak ngelakuin ini supaya dia gak ganggu kita lagi, gak lebih dari itu,"
"Jadi kapan kakak mulai sekolah?" tanya Freya, Fabian terdiam sejenak, sebelum akhirnya pria itu memutar bola mata malas.
" Belum tau dek. Udah, jangan bahas itu lagi,"
" Kak bian mah,"
" Eh, bajunya kenapa basah," tatapan Fabian yang semulanya pada Freya, kini beralih menatap wanita paruh baya yang baru saja keluar rumah, seraya membawa piring berisikan singkong rebus.
Fabian memutar bola matanya malas, moodnya yang sudah hancur, malah bertambah hancur karena pertanyaan konyol wanita paruh baya itu.
" Nek liat di luar, hujan,"" Oalah nenek gak nyadar, saking senengnya masak singkong di dapur," kekeh Nilam.
" Dasar nenek- nenek," gumam Fabian.
" Fabian masuk dulu, bajunya basah banget nih,"
Setelah mengatakan itu, Fabian langsung masuk kedalam rumah sederhana itu, rencana selanjutnya adalah menukar bajunya yang sudah basah kuyup dengan baju yang kering dan bersih.
Fabian membuka kenop pintu kamarnya, kamar yang hampir dua tahun ini tak pernah ia masuki, kamar yang berisikan tentang semua kenangan dirinya dengan gadis itu.