df 2: kilas balik.

1K 141 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"om," panggil Fabian pelan.

Feri mendongok, menatap keponakannya itu berbinar, untuk pertama kalinya Fabian datang berkunjung ke rumahnya, setelah gracio kakak kandung feri meninggal dua tahun yang lalu.

" duduk Fabian," ujar Feri seraya membawa Fabian untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerja milik Feri.

" Fabian gak mau basa basi," ujar fabian masih setia berdiri di tempatnya.

"stop ikut campur urusan Fabian,"

"apalagi sampai ikut campur masalah kerjaan Fabian,"

" anda bukan siapa-siapa Fabian lagi,"tandasnya.

Ferri mendengus geli, sampai kapanpun ia tidak akan menyerah untuk meluluhkan hati keponakannya ini.

" kamu tau, om cuma minta kamu untuk kembali sekolah, tapi kamu terus nolak, cuma ini jalan satu-satunya supaya kamu kembali sekolah," ujar Feri, seraya mendudukkan bokongnya kembali ke kursi kerjanya.

Fabian menggertakkan gigi gerahamnya menahan emosi, kedua matanya menatap Ferri tajam, sampai kapan pria paruh baya itu akan berhenti menganggu kehidupannya.
Mulutnya masih diam, namun wajahnya terlihat memancarkan aura kemarahan.

"om bakal berhenti ganggu kamu, kalau kamu mau sekolah,"

"gak akan pernah," balas Fabian dengan cepat.

Fabian memasang kembali helm yang tadi ia bawa kedalam rumah, lalu berbalik meninggalkan pria paruh baya itu.

"om tau kamu lagi butuh uang sekarang, om bakal kasih kamu uang setiap bulan kalau kamu mau sekolah," langkah kaki Fabian berhenti tepat di depan pintu keluar setelah mendengarkan ucapan feri barusan. Fabian tidak bisa berbohong, ia sangat memerlukan banyak uang untuk bertahan hidup, apalagi saat ia tau ia tidak memiliki pekerjaan saat ini.

Fabian berbalik kembali menghadap feri, tatapan keduanya bertemu.

"Om janji,"


•^÷^•

Langkah kaki feri terasa berat menapaki tanah lapuk di antara makam-makam. Ia menyusuri lorong-lorong makam, tangannya menggenggam seikat bunga mawar merah, matanya menerawang ke setiap nisan yang berdiri tegak. Tatapan feri tertuju pada sebuah makam, yang bertuliskan nama "gracio natio" di batu nisan.

"gua balik lagi bang," ucap feri, seraya berjongkok di samping makam gracio.

" gua udah berhasil bujuk dia bang, Fabian bakal jadi orang sukses,"

" Lo gak capek kerja Mulu bang, istirahat napa, hari libur juga Lo masih kerja, liat tuh kak Shani lagi hamil, dia mau manja-manja sama Lo," ungkap feri, yang hari ini berkunjung ke rumah saudara kandungnya gracio. Gracio menyeruput kopi yang telah di sediakan oleh Shani beberapa menit yang lalu, kemudian kembali memfokuskan tatapannya pada komputer yang ada di depannya.

DUNIA FLORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang