Gue cuma gak mau Lo mati," suara Fabian terdengar parau.
Flora tersenyum getir, " Tapi Lo sendiri yang buat gue ngerasa mati sebelum gue mati,"
Fabian terdiam. Ucapan flora barusan menampar dirinya keras, membuat rasa bersalah semakin menggerogotin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Motor Astrea milik Fabian berhenti di depan sebuah rumah bercat putih, berlantai dua.
Flora turun dari atas motor Fabian.
"Tanks," ucap flora singkat, seraya mengembalikan helm milik Fabian.
" Ongkosnya kak," kata fabian, mencoba untuk menggoda gadis itu.
"Nih," ekspresi Fabian seketika berubah menjadi datar, tatkala flora mengeluarkan selembar uang kertas berwarna biru dari dalam saku celananya.
" Ya gak beneran juga anjir, gue bukan tukang ojek,"
"Gue gak suka hutang budi," jawab flora dengan cepat, lalu tanpa permisi, gadis itu melangkah masuk ke dalam rumah.
Fabian menghela napas pelan, sebelum akhirnya pria gondrong itu memutuskan memutar balik motor Astrea miliknya.
Tiba-tiba saja Fabian di kagetkan dengan kehadiran seorang laki-laki berjaket kulit hitam, lengkap dengan sepatu boot nya.
Fabian terpaku dengan laki-laki itu, wajahnya begitu tampan. Auranya seperti seorang ketua mafia.
berbeda dengan Fabian, laki-laki itu hanya menampilkan raut wajah datar. Ia melewati tubuh Fabian begitu saja, sama sekali tak menyapa laki-laki itu.
Fabian langsung menoleh menatap kepergian pria yang berlalu begitu saja melewatinya.
" Cool banget kak," gumam Fabian, sedikit merasa kesal, karena senyumannya bagaikan angin lalu di hadapan laki-laki itu.
Malas untuk berpikir akhirnya Fabian memutuskan untuk menyalakan mesin motornya, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan pekarangan rumah mewah itu.
•••
Flora membuka pintu rumah dengan lesu, kembali kedalam rumah bagaikan neraka. Rumah yang seharusnya berisi dengan kebahagiaan dan kasih sayang, kini hanya ada kesepian dan penderitaan.
Rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang ternyaman baginya, kini berubah menjadi tempat yang paling mengerikan.
Langkah flora terhenti, ketika menyaksikan pemandangan yang ada di ruang tamu. ayah, calon ibu tirinya dan juga sahabatnya, ralat, calon saudari tirinya, kini berkumpul menjadi satu di ruang tamu. Bagaikan keluarga Cemara yang dikelilingi oleh kehangatan dan kasih sayang, flora hanya dapat menyaksikan pemandangan yang ada di hadapannya dengan mata berkaca-kaca.