Happy reading
End enjoy the story.•
•
•
•
•
°°°
Entah ke berapa kalinya flora membenturkan kepalanya pada dinding koridor sepi. Rasanya ia ingin memecahkan kepalanya saat ini ketika memikirkan perkataan yang ia lontarkan pada zean beberapa saat yang lalu.Flora menyesal? Sangat.
Kenapa dengan lantang ia mengatakan bahwa ia tidak menginginkan zean lagi dalam hidupnya, padahal sangat jelas bahwa sampai saat ini ia masih tergila-gila pada pria itu.
Ia tidak dapat membayangkan bagaimana jika Zean benar-benar sudah tak peduli lagi dengannya.
" Flo, Lo bodoh banget," gumam gadis itu, kembali membenturkan kepalanya pada dinding dengan pasrah. Belum cukup puas dengan sakit pada lututnya yang membuat langkahnya tertatih-tatih kini gadis itu menyiksa dirinya dengan membuat kepalanya pusing.
" Kenapa gue ngomong gitu sih,"
" Gimana kalo dia beneran jauhin gue? Kenapa gue gak bilang kalo gue cinta mati sama dia sih," gerutu flora, apa yang harus ia lakukan sekarang, ia benar-benar tidak ingin kehilangan zean.
Gadis itu menegakkan kepalanya yang sebelumnya ia sandarkan pada dinding koridor, lalu berdiri menghadap dinding.
" Gue harus ngomong ke dia," ya, saatnya untuk memperbaiki hubungan yang sudah mulai renggang, tak ada salahnya kan.
Flora berbalik badan kemudian melangkahkan ke dua kakinya, tanpa sadar telah menabrak seseorang.
Brak!!
Jika ada yang mengatakan bahwa nama flora seindah dengan kehidupannya itu salah besar. Faktanya hidup flora selalu di penuhi kesialan. Contohnya seperti saat ini, flora tak sengaja menabrak seorang pria hinga ia hampir terjatuh. Untung saja sebelum ia terjatuh, pria itu dengan sigap menangkapnya.
Flora terkesiap, terpaku dengan seorang pria yang menopang tubuhnya, mencegahnya jatuh bebas ke lantai.
ke duanya bertatapan cukup lama, sebelum akhirnya pria itu tersenyum miring hingga membuat kesadaran flora kembali. Gadis itu menutup ke dua matanya memastikan bahwa yang menolongnya saat ini adalah orang lain.
" Huftt," Fabian meniup wajah gadis itu berharap flora membuka matanya, namun gadis itu masih menutup matanya.
" Flora manis liat abang, baaaaa~"
Flora tersadar dari lamunannya, ke dua bola mata flora membulat lebar, tatkala menyadari bahwa manusia yang menolongnya saat ini adalah Fabian.
" anjing,"
" Lepasin gue! "
Brak!
Flora memejamkan kedua matanya, mencoba menahan rasa sakit pada bagian punggungnya, saat tubuhnya jatuh dengan keras ke lantai.
" Ahkkk!" Flora menjerit. merasakan sakit yang menjalar di punggungnya.
Flora mencoba untuk duduk dengan rasa nyeri pada punggungnya. Gadis itu mendongok, menatap Fabian dengan tatapan tajam.
" Lo kok tega sih?"
" Lo yang nyuruh," jawab Fabian dengan santai seraya berjongkok di samping tubuh flora, menyama ratakan tinggi keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA FLORA
Ficção AdolescenteGue cuma gak mau Lo mati," suara Fabian terdengar parau. Flora tersenyum getir, " Tapi Lo sendiri yang buat gue ngerasa mati sebelum gue mati," Fabian terdiam. Ucapan flora barusan menampar dirinya keras, membuat rasa bersalah semakin menggerogotin...