df 13: penyembuh

1.9K 241 51
                                        


Happy reading
End enjoy the story





Flora menghela napas lelah untuk kesekian kalinya. Seharusnya ia sudah berada di dalam kelas saat bel berbunyi, namun pikirannya terasa terlalu lelah untuk menerima pelajaran. Alhasil, gadis itu hanya bisa duduk termenung di kursi taman sekolah.

Air matanya mengalir deras, tak terbendung. Perkataan zean beberapa saat yang lalu bagaikan sebuah tamparan keras, seolah menyadarkannya bahwa sudah tak ada lagi tempat baginya di hidup zean. Memang siapa dia sampai berharap akan mendapatkan tempat di hati zean?  bahkan hubungan mereka saja tak pernah punya nama.

" Gue cariin Lo dari tadi," flora langsung membuang muka ke arah lain saat pria jamet itu tiba-tiba duduk di sampingnya. Ia buru-buru menghapus air mata di pipinya,  tak ingin terlihat lemah di hadapan pria itu.

" Ternyata Lo di sini," lanjut pria itu, seraya menatap flora yang menghadap ke arah lain.

" Gue mau sendiri dulu," ujar flora pelan, berharap Fabian mengerti dengan keadaannya saat ini.

Fabian menggeleng.

" Gue mau di sini," ujar fabian.

Pria itu menangkup wajah flora dengan lembut, memaksanya menatap tepat ke arahnya.

" lepas," ucap flora dingin, suaranya nyaris berbisik namun tegas. Ia berusaha melepaskan diri, namun genggaman tangan Fabian tak kunjung mengendur.

Fabian tersenyum hangat, namun sama sekali  tak mampu membuat hati flora luluh.

" Apasih!" Flora mendorong tubuh pria itu sehingga ia berhasil melepaskan diri dari Fabian.

Flora beranjak  dari tempat duduknya bersiap untuk  pergi, namun cekalan tangan Fabian menghentikan langkahnya.
Gadis itu menoleh, menatap Fabian yang masih duduk di bangku.

" Nangis aja," ucap Fabian membuat flora terdiam.

" Lo pantes bahagia," lanjut pria itu. Tidak ada sedikitpun  raut wajah bercanda di sana seperti biasanya. Nada suaranya  melembut, sorot matanya lekat memandang ke arah flora, seolah setiap kata yang ia ucapkan penuh kesungguhan.

Ke duanya bertatapan dalam diam dengan pikiran masing-masing, sebelum akhirnya kekehan pelan keluar dari mulut flora.

Gadis itu mendengus geli, dunia memang kejam sehingga ia harus di pertemukan dengan pria konyol ini. Tapi tak apa, setidaknya ia mempunyai sedikit hiburan di tengah rasa hampa ini.

" Bahagia? " Gadis itu melepaskan tangannya dari genggaman tangan Fabian.

" Kasih gue satu alasan," lanjut flora, menatap lurus Fabian. Jari telunjuknya naik membentuk angka satu,"  Satu alasan aja, kenapa gue harus bahagia di dunia yang gelap ini?"

Fabian terdiam, wajahnya menunjukkan perasaan tak terbaca, namun flora tidak peduli. Baginya kebahagian hanyalah sebuah mimpi yang tak kan pernah nyata.

" Karna Lo berharga di hidup gue dan
gue gak mau sampai kehilangan lo," jawab Fabian akhirnya, suaranya pelan namun tulus.

Flora terdiam sejenak, pada akhirnya hanya kekehan pelan yang keluar. Entah karena kata-kata Fabian yang tak masuk akal, atau kenyataan yang semakin pahit ia sendiri pun tak paham.

DUNIA FLORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang