Happy reading
And enjoy the story.•
•
•
•
•
°°°Flora memelankan langkahnya saat melewati ruang tamu. Hari ini ia kembali pulang terlambat, membuat dirinya takut akan kemarahan Daniel, dan berakhir di marahi seperti bisanya.
Setelah dari tukang pangkas rambut, flora dan Fabian tidak langsung pulang, keduanya mampir ke warteg sepi yang ada di pinggir jalan. Awalnya flora menolak ajakan Fabian, namun apalah daya perutnya berkata lain, mau tidak mau akhirnya flora menyetujui ajakan Fabian.
Flora mengerutkan keningnya, saat melihat pintu kamarnya hanya tertutup setengah.
Flora tak langsung masuk kedalam kamarnya, kedua kaki flora tertahan di depan pintu mengintip seseorang yang berada di dalam kamarnya.
Gadis itu menangkap sosok Daniel yang duduk di kursi yang ada di depan cerminnya, seraya membaca majalah, yang entah dari mana ia dapatkan.
Daniel tak melihat keberadaan flora, karena posisi Daniel yang duduk membelakanginya.
" Papa ngapain di sini?" tanya flora dengan suara pelan, saat ini flora berdiri di belakang pria itu.
Flora menelan ludahnya kasar, sebenarnya ia takut untuk berbicara pada Daniel, namun ia juga penasaran kenapa Daniel ada di kamarnya.Daniel melipat majalah yang ia baca, kemudian membalikkan tubuhnya menghadap ke arah putrinya. Raut wajah datar, terpancar jelas di wajah pria itu.
" Papa baru selesai beresin baju-baju kamu?" ujar Daniel, dengan nada pelan.
alis flora terangkat sebelah, detik berikutnya ia menyadari sesuatu.
Gadis itu memilih untuk membuka lemari berisikan baju-bajunya yang ada di kamarnya, dari pada menunggu ucapan Daniel berikutnya.
Jantung flora mencelos begitu saja saat melihat isi lemarinya.
Kosong? Kemana semua baju-baju milik flora.
Flora menutup lemari yang terbuka lebar dengan kasar, kemudian menatap Daniel yang masih duduk di tempatnya.
"Baju-baju flora kemana?" tanya flora dengan suara datar, sarat akan kesedihan.
" Papa udah nyuruh mbak Dewi beresin baju-baju kamu," ucap Daniel, dengan wajah datar.
"Hari ini kamu pindah kerumah oma," tambahnya tanpa ragu.
" Enggak pa! " bentak flora, air mata gadis itu mengalir, tak percaya bahwa Daniel membuktikan ucapannya beberapa waktu yang lalu, " Aku gak mau pergi..."
Daniel menatap flora dengan tatapan dingin, seolah tak ada ruang untuk diskusi. " Jangan buat kepala papa tambah pusing, sudah cukup masalah yang kamu buat sama Marsha, dan papa gak mau masalah kamu sama Marsha tambah banyak. Kehidupan kita udah gak kayak dulu lagi, kamu harus terima ini semua,"
" Terima? Pa ini rumah aku! Ini tempat tinggal aku, bukan Marsha!" Flora berusaha menahan suaranya yang bergetar, namun air matanya tidak bisa berhenti.
" Seharusnya papa bela aku, bukan dia, aku anak kamu..."
" Karena kamu anak saya, makanya saya ngelakuin ini semua. Ini demi kebaikan kamu," jawab Daniel tegas, suaranya tidak menunjukkan sedikit pun kelemahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA FLORA
Genç KurguGue cuma gak mau Lo mati," suara Fabian terdengar parau. Flora tersenyum getir, " Tapi Lo sendiri yang buat gue ngerasa mati sebelum gue mati," Fabian terdiam. Ucapan flora barusan menampar dirinya keras, membuat rasa bersalah semakin menggerogotin...