Happy reading
and enjoy the story•
•
•
•
•
°°°
Pukul 07:00.
Motor Fabian berhenti di pekarangan sekolah. Terlihat mewah, namun yang dia rasakan ketika memasuki kawasan sekolah ini hanyalah kehampaan.Tak seperti biasanya, di mana ia masih memimpikan flora, atau sekedar membersihkan motor Astrea nya. Hari ini, kehidupan baru ia jalani supaya Ferri tidak menganggu hidupnya lagi. Tak tahan memang dengan sikap pria itu, namun mau bagaimana lagi, Fabian tak punya pilihan lain, selain menuruti perintah pria itu.
Fabian membuka helmnya, merapikan rambutnya yang berantakan di depan kaca spion motornya. Pria itu menghela napas pelan, sebelum akhirnya kedua kakinya melangkah masuk ke koridor.Dengan santai pria itu berjalan melewati koridor, memasukkan satu tangannya kedalam saku celananya, sehingga terlihat cool, perasaannya.
Sepanjang koridor banyak pasang mata yang menatap dirinya dengan tatapan tak terbaca, tak sedikit dari mereka, yang berbisik-bisik ketika Fabian melewati mereka.
Entah apa yang salah dengan penampilannya sehingga orang-orang menatapnya dengan tatapan seperti itu. Apa mungkin karena Fabian terlalu tampan? Ah tidak, SMA aksara sudah terkenal dengan visual siswa-siswinya yang terlampau cantik dan tampan. Lalu apa salah Fabian? Kenapa semua orang menatapnya seperti itu.
Kedua kaki Fabian berhenti melangkah, tatapannya tiba-tiba saja menangkap seorang gadis pendek yang berdiri di ujung koridor.
Keduanya bertatapan, dengan raut wajah yang berbeda, flora dengan ekspresi kagetnya, sementara Fabian dengan ekspresi bahagia yang hampir meledak.
" Pucuk di cinta ulam pun tiba,"
Pria itu tersenyum lebar, perasaan hampa itu sudah hilang begitu saja, saat melihat sang pujaan hati, kini berdiri dengan nyata di depannya.
Fabian melambai-lambaikan tangannya berharap supaya gadis itu menghampirinya, namun bukan berjalan ke arahnya, flora justru berbalik arah, dan mulai berjalan menjauhi pria itu.
Fabian mengernyit, " FLO!" teriak Fabian, sehingga mengundang tatapan dari seluruh orang yang ada di sepanjang koridor. Fabian tak peduli dengan itu, karena yang ada di pikirannya hanyalah flora, yang sudah berlalu begitu saja meninggalkannya.
Flora semakin mempercepat langkahnya, membuat Fabian hampir kehilangan jejak gadis itu, namun untung saja, Fabian memiliki langkah yang panjang, sehingga ia dengan mudah mengejar gadis itu.
" Woy, tunggu!" Pekik Fabian, yang berjalan di belakang Flora.
Flora menoleh dengan raut wajah panik, kedua kakinya semakin mempercepat langkahnya, bahkan gadis itu mulai berlari ke tengah lapangan hanya untuk menghindari pria itu. Kedua manusia itu kini menjadi tontonan siswa-siswi yang berada di dekat lapangan.
" Jangan ikutin gue!" sentak flora, menoleh ke arah Fabian yang masih mengejarnya.
udara pagi yang mulai panas semakin membuat perasaan gelisah di hatinya bertambah. Tanpa menoleh sedikit pun, ia berlari ke tengah lapangan, seolah berusaha melarikan diri dari hantu yang ada di film-film. Di belakangnya, Fabian tak putus asa. "Lo kenapa ngehindar?!" teriaknya, tapi Flora seolah tuli, mengabaikan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Dari kejauhan, empat serangkai yang duduk di atas kursi penonton, memperhatikan ke dua manusia itu dari tepi lapangan.
" Adek Lo tuh," ujar ollan tanpa melepaskan tatapannya dari ke dua manusia, yang sedang kejar-kejaran di tengah lapangan.