Aresh dan Avisha sampai di tempat sushi sebelum jalan-jalan keliling Jakarta. Memastikan perempuan yang diboncengnya kenyang terlebih dahulu. Mungkin ini alasan mantan Aresh bertahan dengan cowok yang hobi ngegame itu, karena Aresh royal, dan banyak duit. Setidaknya kekayaan cowok itu bisa dimanfaatkan. Sakit hati sambil cek out Shopee.
"Bentar lagi masuk sekolah ya Kak?" tanya Aresh setelah mereka mendapat tempat duduk.
"Iya, kelas 12 gue."
"Hm Aresh malahan baru mau masuk, udah didaftarin sama Ayah di SMA Alexander, jadi gabisa deh pindah ke Jakarta," curhatnya sedih, mengingat akan meninggalkan Kakak bidadari.
"Harusnya kita satu kota," lanjutnya.
Avisha menjawab, "gak masalah, bagus. Lo harus mikirin sekolah dulu Resh, apalagi baru masuk SMA. Jangan main-main terus."
Avisha menasehati, dirinya lupa kalau perkenalannya dengan Samudra dulu karena membuat ulah terus-terusan. Sangat berbanding terbalik dengan Samudra, si cowok taat aturan. Meski terbilang gadis nakal, otak Avisha pintar, selalu mendapat ranking di kelasnya. Namun, hanya Samudra yang selalu mengapresiasi keberhasilan Avisha. Iya, Samudra memang sesempurna itu di hidupnya, Avisha sempat berpikir, dia tidak akan bisa melupakan Samudra. Meski sebanyak apapun cowok yang mendekatinya.
"Wihh Kakak pasti pintar yaa."
"Jelas," jawab Avisha sombong. "Zaman sekarang cantik doang buat apa Resh kalau otaknya kosong. Setidaknya harus setara, kalau cantik, otaknya juga harus cantik."
Aresh terdiam, baru kali ini dia kagum mendengar seseorang berbicara seperti itu. Sebelumnya selalu mendapat nasehat dari Kakak untuk fokus sekolah pun, pikiran Aresh masih main-main. Namun entah kenapa, saat Avisha yang berujar, rasanya beda. Seperti memberi rasa semangat membara di hati Aresh, untuk mendapatkannya, hehe.
"Kak, kalau cantik ya cantik aja, jangan semuanya diborong. Nanti kalau Aresh cinta mati, Kakak mau tanggung jawab?"
Avisha mencubit pelan lengan Aresh, sebelum cowok itu menahan tangannya. "Suka ke gue ya, kak? Udah mulai nyentuh-nyentuh."
"Apaan sih, PD lo cil."
Pesanan mereka sampai, Avisha menikmati makanannya dengan nikmat. Sedangkan Aresh terang-terangan menatap Avisha, memandang wajah cantik itupun sudah berhasil membuat perutnya merasa kenyang.
Kali ini Aresh akui, banyak perempuan cantik di luaran sana, namun, cantik Avisha benar-benar beda. Tipikal cantik yang tidak membosankan, sampai ingin Aresh tatap tiap detiknya.
"Kak, nanti kalau udah nyaman bilang ke Aresh ya."
"Kenapa emangnya?" Avisha menaikkan alis bingung.
"Biar kita langsung jadian, gak pake lama."
Avisha hanya mendengus mendengarnya. "Yakin banget lo bisa dapetin gue?" Nadanya terdengar meremehkan.
Aresh suka tantangan, dia merasa tertantang untuk mendapatkan Avisha dalam waktu kurang dari 2 Minggu sesuai perjanjian mereka. Kalau berhasil membuat Avisha nyaman, gadis itu menjadi miliknya.
"Harusnya gue yang tanya sama hati lo Kak, yakin sanggup nolak pesona gue?" Dengan sebelah alis terangkat, Aresh tersenyum tengil.
Senyumnya pudar saat melihat dua orang yang baru saja memasuki restoran, tak lain Kak Lavanya dan Bang Nero. Reflek Aresh menggigit bibir bawahnya, takut mereka melihat dirinya jalan sama perempuan tanpa izin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURER | ARESH
Teen FictionAresh Sabiru Mahendra lebih memilih menghabiskan waktu bermain Mobile Legend daripada merasakan sakitnya jatuh cinta. Bagi Aresh, cinta hanyalah gangguan---hingga dia bertemu dengan Avisha, gadis Jakarta yang memikat hati dan mengubah pandangannya...