11| Pernyataan Cinta

1.7K 183 28
                                    

    Mengingat Sabtu dan Minggu sekolah libur. Aresh memanfaatkan dua hari itu untuk pergi ke Jakarta menemui Avisha—Kakak bidadari-nya.

    "Kamu serius mau ke Jakarta? Ada urusan apa?" tanya Mahendra. Pasalnya, Aresh jarang sekali pergi keluar kota tanpa alasan. Biasanya pun kalau liburan.

    "Urusan belahan jiwa, Yah," jawab Aresh, sungguh. "Lagi pula Aresh ke Jakarta sama Jaka, Reo, dan Galen. Gak sendirian. Nanti naik kereta."

    Mahendra bukan tipikal Ayah yang suka mengekang. Dia akan membebaskan anak-anaknya asal tidak melakukan hal yang mengecewakan. Lagi pula, masa remaja memang butuh kebebasan. Biarkan Aresh berpetualang dan tenggelam dalam hal yang dianggap bahagianya.

     "Ayah izinkan. Nanti Ayah pesankan apartemen di Jakarta. Biar kalian gak perlu pusing-pusing."

    "Serius??? AYAH EMANG AYAH PALING HEBAT DI DUNIA!"

    Aresh memeluk Mahendra. Dia merasa senang, karena sekian lama bisa menemui Kakak bidadari lagi. Kali ini, dia akan menemuinya secara diam-diam, agar menjadi kejutan.

    "Makasih Ayah."

***

     Setelah perjalanan 5 jam lebih, mereka berempat sampai di kota Jakarta. Tepatnya, kota yang mempunyai penghuni secantik Avisha.

      Aresh tersenyum kecil saat mengaktifkan ponsel dan banyak pesan masuk dari gadis itu, menanyakan dirinya. Rasanya, Aresh sudah tidak sabar untuk menemui dia. Namun sebelum itu, mereka harus merapikan barang bawaan di apartemen.

     "Mantap. Effortnya gak kaleng-kaleng broo," puji Reo merebahkan tubuhnya yang lelah di tempat tidur.

     "Bagus lah, ada perkembangan tuh anak kenal cinta. Biasanya anti banget," sahut Galen melepas sepatunya.

     "Gue ikut senang sih, cuman hati-hati aja Resh. Kalau udah jatuh cinta, berarti harus siap patah hati juga."

     "Gue? Patah hati? Mana mungkin." Jaka mendengus kesal mendengar balasan Aresh. "Tai, yakin amat lo diterima."

     "Kayaknya Kakak bidadari gapunya alasan buat nolak cowok setampan gue."

      Dengan tenang, Aresh berucap seperti itu. Membiarkan ketiganya berekspresi ingin muntah, lalu melemparkan bantal pada wajah Aresh. Berharap cowok itu bisa mengurangi tingkat percaya dirinya yang kapan saja bisa menjatuhkan Aresh ke dasar.

***

     "IYAAA! Sebentarr!"

     Avisha keluar dari kamarnya saat seseorang di luar sana menekan bel berulang kali, nyaris membuat dirinya kesal karena acara menonton anime nya terganggu, padahal lagi seru-serunya.

    Tinggal di perumahan mewah sendirian, membuat Avisha mulai bisa membiasakan diri dengan kesepian. Hari-harinya hanya digunakan untuk sekolah, nongkrong, dan kembali lagi ke rumah tanpa ada kehangatan di dalamnya. Memeluk erat tubuhnya sendiri di dalam selimut. Dia, hanya bisa menghabiskan waktu dengan menonton film, atau hal-hal yang masih disukai di bumi. Setidaknya, Avisha masih punya alasan untuk bertahan.

    "Siapa—Aresh?"

    "Selamat malam, Kakak bidadari."

    Suara itu, kembali dia dengar secara langsung, tanpa harus lewat telfon seluler. "Resh? Kok lo bisa di sini?"

    "Hah?" Tubuh Avisha masih membatu di tempat, beranggapan bahwa cowok di depannya yang akhir-akhir ini dekat dengannya hanya mimpi.
 
    "Kejutan. Gue kembali, buat tepatin janji, Kak."

TREASURER | ARESHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang