"Kak," panggil Aresh pada Kak Lavanya yang tengah mengobrol akrab dengan Tante Valerie—Bundanya Nero.
"Pagi Tante," sapanya juga pada Valerie. "Pagi juga Resh, sarapan dulu sini."
Aresh menggaruk tengkuknya canggung, cowok itu sudah siap dengan kaos hitam dibalut jaket, tak lupa celana pendeknya. Bahkan, Lavanya bisa menebak sebanyak apa Aresh menyemprotkan minyak wangi pada badannya sampai baunya semerbak itu.
Dia curiga, Aresh kecantol janda anak 5 di Jakarta. Bahaya, Adeknya bahkan belum masuk SMA. Masa depannya masih panjang. Lavanya jadi takut...
"Eum, Aresh makan di luar aja Tan. Kebetulan Aresh mau ketemuan sama seseorang, hehe."
"Ketemu sama siapa?" tanya Lavanya menatap penuh intimidasi.
"Sama calon pacar lah, Kak. Ketemu jodoh Aresh," jelasnya.
"Loh, pacar kamu orang Jakarta?" Valerie cukup terkejut. "Baru ketemu sekali sih Tante, tapi udah jatuh cinta Areshnya, hehe."
"Cantik soalnya, kayak Tante," goda Aresh.
Valerie tertawa, "Bisa aja kamu."
Untungnya Drake masih tertidur karena semalaman lembur sampai subuh.
"Ketemu di mana? Naik apa? Jangan aneh-aneh loh, resh. Besok juga kita balik ke Semarang." Lavanya khawatir, pasalnya Aresh ini beda, dia nakal dan ceroboh. Takut hilang.
Ah diingetin, bikin Aresh sedih mendengar fakta kalau dia akan pulang ke Semarang dan kemungkinan akan sulit bertemu sama Kakak bidadari selama mulai masuk sekolah lagi.
"Di kafe Savarna katanya, deket kok Kak. Juga kan Aresh diantar sama Pak Udin, jadi aman, ga naik motor sendiri."
"Pliss, izinin Aresh yaaa. Sekali aja, mau ketemu Kakak bidadari," mohonnya.
Mau tak mau, Lavanya mengiyakan saja asal Aresh bisa menjaga diri dan pulang dengan selamat.
"Kamu ada uang?" tanya Valerie.
"Ada sih Tante. Aresh kan dapat uang bulanan sama kemarin uang saku buat ke Jakarta juga dari Ayah."
Valerie mengambil dompet di saku pakaiannya, memberikan beberapa lembar uang merah pada Aresh.
"Buat kamu, berat banget dompet Tante kebanyakan uang."
Dari dulu, kesombongan Valerie memang tidak pernah berubah...
***
Aresh sudah sampai di kafe Savarna, melihat seorang gadis dengan baju crop top nya tengah duduk di pojok seraya fokus ke ponsel.
"Kak!" panggil Aresh seraya mengangkat tangan.
Avisha yang sudah menunggu 5 menit lebih pun mendongak. "Lama banget si cil," katanya.
"Maaf Kak, Jakarta macet banget. Gak ngotak, pusing gue liatnya."
Aresh duduk di samping Avisha, masih diam memandang ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna baginya. Avisha benar-benar cantik, sampai sulit Aresh utarakan.
"Iya sih, memang. Apalagi lo ke sini naik mobil, kan?"
Aresh mengangguk. "Iya, gak boleh naik motor sendiri karena belum cukup umur. Apalagi Aresh di kota orang, takut nyasar juga sebenarnya."
Saat bertemu langsung, Aresh jauh lebih kelihatan dewasa dibanding saat di sosmed. Penampilan dan wajahnya pun Avisha akui, ganteng. Terlebih, dia suka cowok simpel, tapi tetap rapi dan wangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURER | ARESH
Teen FictionAresh Sabiru Mahendra lebih memilih menghabiskan waktu bermain Mobile Legend daripada merasakan sakitnya jatuh cinta. Bagi Aresh, cinta hanyalah gangguan---hingga dia bertemu dengan Avisha, gadis Jakarta yang memikat hati dan mengubah pandangannya...