08| Jas Hujan Biru

2.1K 237 52
                                    

     Aresh menarik tangan Harmonie dengan kuat menuju koridor depan perpustakaan yang sepi, tanpa sadar dia menyakiti gadis itu.

     "Sakit." Harmonie meringis saat pergelangan tangannya memerah. Baru menyadari itu, Aresh melepaskan cekalan kuatnya. "Sorry, gue gak sengaja."

      "Gue gak tau lo punya masalah apa sama gue, tapi selama lo belum kenal gue, lo gak ada hak nilai diri gue jelek," kata Aresh tidak terima dengan ucapan Harmonie di kelas.

      "Satu hal lagi, gue gak ada waktu berurusan sama cewek kayak lo," lanjutnya. "Gue masih ngehargain lo karena lo cewek, kalo lo cowok, udah gue buat abis," tegasnya lagi.

       Tatapan Aresh tertuju pada pergelangan tangan Harmonie yang memerah. Cowok itu menghela nafas, mencoba mengontrol emosinya agar tidak lepas lagi. Sebenarnya Aresh keburu emosi karena kalah main Mobile Legend, ditambah omongan Harmonie yang tidak enak didengar.

      "Obatin pergelangan tangan lo di UKS, gue minta maaf."

      Setelah berucap seperti itu, Aresh pergi meninggalkan Harmonie yang kini menatap kepergiannya dengan nanar.

      Harmonie meringis kesakitan, lalu mendengus kesal.

***

      Di dalam ruangan gelap itu seorang gadis meringis kesakitan, berusaha memberontak dari cekalan lelaki yang berstatus pacarnya. Air matanya meluruh tanpa seizinnya, sorot ketakutan terlihat jelas saat lelaki itu tertawa mengerikan.

     "Regan lepasin!"

     Dengan keringat bercucuran dan rasa takut yang menyelimuti, mata Harmonie tertuju pada vas bunga yang terletak di atas nakas. Segera tangannya terulur untuk mengambilnya lalu memukulkan ke kepala Regan hingga lelaki itu kesakitan.

      "Aaaa, bangsatt!"

      Saat dirasa Regan lengah, Harmonie mengambil kesempatan untuk kabur dari ruang kamar yang gelap. "ISVARA!"

       "Ra," panggilan Gloria membuat lamunan Harmonie buyar. "Iya?"

       "Udah bel pulang, lo gamau pulang?"

       "Eh—?"

       Kembali mengingat masa lalu membuat Harmonie melamun cukup lama tanpa sadar bel pulang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu.

      "Ayo pulang," katanya. "Oh iya Glo, kayaknya lebih enak lo panggil gue Mon aja deh. Gue kurang suka panggilan Ra soalnya."
 
       Pasalnya Ra adalah panggilan yang diberikan Regan untuknya, mantan pacar Harmonie yang terobsesi pada gadis itu. Syukurnya, setelah lulus SMP mereka sudah tidak satu sekolah lagi.

      "Habisnya susah banget nama panggilan Harmonie, kalau disebut semua kepanjangan, jadi gue ambil dari nama tengah lo, deh."

       "Iya sih, emang susah. Yaudah seenak lo aja deh, Glo," kata Harmonie mengalah, lagi pula memanggil panggilan 'Ra' tidak akan membuat Regan kembali ke hidupnya, kan? Jangan sampai.

        Lelaki itu, tidak ada bedanya dengan mantan Ayah Harmonie. Pantas kah Harmonie memanggil Ayahnya dengan sebutan mantan Ayah?

        "Lo mau langsung pulang?" tanya Gloria yang diangguki Harmonie.

        "Iya, gue naik taxi. Kasihan Ibu di rumah sendiri."

        Gloria sudah tau latar belakang keluarga Harmonie, dia memang hanya gadis sederhana yang mengandalkan beasiswa untuk bisa sekolah di SMA Alexander. Ibunya seorang perawat di salah satu Rumah sakit Semarang, yang gajinya tak seberapa. Namun bagi Harmonie, Ibu adalah wanita paling hebat yang pernah dia temui. Dia bisa membesarkan Harmonie sampai sekarang, sendiri.

TREASURER | ARESHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang