"Ettss, mau kemana lo?"
Kerah seragam belakang Aresh ditarik Harmonie saat cowok itu hendak keluar kelas bersama teman-temannya. "Lupa? Kita ada kerja kelompok."
Mengingat itu, Aresh menunduk lesu. Padahal sudah sangat semangat akan nonkrong di warung bi Asih tempat tongkrongan mereka sejak SMP. "Gabisa ditunda?"
"Bisa. Oke, nama lo gak gue catat."
Aresh mendelik. Cowok itu segera menarik tangan Harmonie untuk bergegas pergi ke kafe tujuan mereka. "Gue ngerjain tugas duluuu. Nanti nyusul!" katanya seraya melambaikan tangan.
"Kalau gak Avisha ya Harmonie, pelakor mereka berdua," kesal Jaka merasa Aresh telah dicuri darinya.
Reo menepuk pundaknya. "Udah gapapa. Kita cari janda aja, Aresh udah bucin sekarang."
Jaka dengan lesu mengangguk. "Mau Aresh."
"Lo homo ya, Jak?" tanya Galen frontal.
"Iya dia homo." Reo yang jawab.
Jaka mengangguk, lalu beberapa detiknya tersadar. "MANA ADA ANJING!"
"Gue cuman kangen kita berempat aja, apalagi Aresh yang selalu cairin suasana. Tapi, sekarang dia lebih fokus sama ceweknya. Ya mau gimana lagi, kalau itu buat sahabat kita bahagia. Gue ikhlas, walau sedikit gak rela. Tongkrongan sepi gaada Aresh, gue kangen vibesnya."
"Iya sih, biasanya tiap malam kita gadang buat mabar Mobile Legend." Reo pun merasa rindu dengan hal-hal random yang biasa mereka lakukan.
"Semoga putus." Galen melihat langit-langit. Menatap ke arah keduanya yang kini menatap intens padanya. "Apa?" beonya.
"Lo gak salah ngomong gitu?"
Galen menggeleng. "Gue gamau persahabatan kita renggang cuman karena cewek."
"Gue ngerasa Aresh terlalu dikekang, dia gapernah ada waktu buat main sama kita sejak jadian sama Avisha."
"Seandainya Aresh bisa punya hubungan sama perempuan yang bisa gabung sama kita juga, tanpa ada kekangan," lanjut Galen berharap.
Hubungan ketiganya memang sudah lebih dari teman, lebih dari sahabat. Keempatnya sudah seperti saudara, yang selalu mengerti satu sama lain. Wajar jika mereka merasa kehilangan Aresh. Terlebih saat masa-masa SMP Aresh lebih sering menghabiskan waktu di tongkrongan, sampai jarang di rumah.
"Makanya, semoga dia jadian sama Harmonie."
Reo mengangangguk mendengar ucapan Jaka. "Iya—HAHH?! GABOLEH ANJING!"
"Lebih bagus gaada yang punya pacar aja sekalian," kata Galen. "Ayo ke warung bi Asih."
***
"Gue udah nyari beberapa materinya, nanti tinggal dicopy aja yang perlu ditambah," jelas Harmonie.
"Kita bagi tugas aja biar cepat," saran Bumi.
"Boleh, ada yang ngerjain BAB 1, 2 dan seterusnya. Masalah PPT kan gampang. Yang penting kita fokusin ke makalahnya dulu," jelas Aulia. Harmonie mengangguk setuju.
Sementara itu Aresh merasa keberadaannya dianggap seperti nyamuk. Dia pun tidak paham apa-apa, mengingat dirinya malas belajar apalagi mengerjakan tugas seperti ini.
"Lo nanti jadi moderator ya," putus Harmonie tiba-tiba.
Aresh mendelik. "Kok gue?!"
"Iya, soalnya cuman beban. Biar berguna dikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURER | ARESH
Teen FictionAresh Sabiru Mahendra lebih memilih menghabiskan waktu bermain Mobile Legend daripada merasakan sakitnya jatuh cinta. Bagi Aresh, cinta hanyalah gangguan---hingga dia bertemu dengan Avisha, gadis Jakarta yang memikat hati dan mengubah pandangannya...