Saat jam istirahat berbunyi, Harmonie dan Gloria pergi ke kantin untuk membeli mie ayam. Keduanya memang sudah memikirkan mau makan apa sebelum istirahat tiba.
Mencari tempat duduk setelah memesan, Harmonie dibuat salah fokus melihat Doni memesan banyak macam makanan untuk dimakan sendirian, sedangkan tadi di kelas, buat bayar uang kas 10 ribu saja bilangnya gak bawa uang.
"Bentar."
Harmonie menghampiri Doni yang tenang makan sendirian dengan lahap. "Doni!" tegurnya.
"Katanya lo gabawa uang? Kok makan banyak banget?"
Doni kelabakan. "Eh—itu, aku ngutang dulu sama Ibu kantin. Soalnya lapar."
"Pembohong, bayar kas cepat. Gak usah banyak alasan atau gue cepuin ke wali kelas?"
"Iya-iya, maaf." Doni memberikan uang 10 ribu pada Harmonie. "Lain kali bayar, 10 ribu doang pelit amat."
Bagi Harmonie, uang 10 ribu memang kecil, tapi itu dulu. Kalau sekarang lumayan, karena ekonomi keluarganya sedang krisis.
Setelah mengantongi uang 10 ribu milik Doni, Harmonie menyusul Gloria yang sudah mendapat tempat duduk. "Galak banget, gak salah bu Melati jadiin lo bendahara."
"Kalo gak diginiin ngelunjak mereka pasti, lagian Doni cupu-cupu gitu anak orang punya, 'kan?"
Gloria mengangguk, "Iya, anak orang kaya dia. Tapi gatau deh, kenapa jelek banget. Harusnya punya banyak duit buat permak muka, bukan makan mulu."
"Hus!" Harmonie tertawa mendengarnya, meski ucapan Gloria kenyataan.
Aresh dan ketiga sahabatnya memasuki area kantin, langsung menduduki meja paling pojok lalu memesan makanannya. Tatapan keduanya beradu beberapa detik, sebelum Harmonie memutuskan kontak mata terlebih dulu.
"Aresh belum bayar uang kas," ucap Harmonie.
"Serius? Dia emang kelihatannya ngeselin gitu ya, tapi ganteng," puji Gloria.
"Ganteng kalau ngeselin, buat apa."
"Lo kayaknya gak suka banget sama Aresh."
Harmonie menghela nafas, "Lebih tepatnya sama semua cowok."
"HAHHH?! JANGAN BILANG LO GAK NORMAL?!"
Semua mata tertuju pada keduanya saat teriakan Gloria menggema. Harmonie mendelikkan mata malu, lalu menunduk menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "Gue normal."
"Mereka berdua kenapa," beo Jaka meminum kopinya.
"Caper," sahut Aresh malas.
Reo bergumam, "Harmonie itu, cantik ya. Naksir banget gue."
"Iya, cantik," Galen menyetujui.
Mendengar itu, Aresh reflek memperhatikan wajah Harmonie yang terlihat kesal pada Gloria. Mencoba menelisik tiap wajahnya yang dibilang cantik oleh sahabat-sahabatnya. Meski dia akui, Harmonie termasuk ke deretan wanita cantik, tetap saja, dia bukan type nya.
"Biasa aja."
Aresh berdeham. "Lo bertiga Sabtu ikut gue ke Jakarta ya."
"Hah? Ngapain?" tanya Jaka.
"Gausah banyak tanya. Sewa apartemen biar urusan gue."
"Oke, apapun yang gratis, gue ikut." Reo semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURER | ARESH
Ficção AdolescenteAresh Sabiru Mahendra lebih memilih menghabiskan waktu bermain Mobile Legend daripada merasakan sakitnya jatuh cinta. Bagi Aresh, cinta hanyalah gangguan---hingga dia bertemu dengan Avisha, gadis Jakarta yang memikat hati dan mengubah pandangannya...