Aresh terbangun pukul 8 malam dalam posisi masih sama tertidur di atas sofa ruang tamu, hanya saja, ada selimut yang memeluk tubuhnya memberi rasa hangat.
Matanya menelisik seluruh penjuru ruang rumah Avisha, namun tetap tak menemukan tanda-tanda kehadiran gadis itu.
Dengan setengah sadar, Aresh meregangkan tubuh yang terasa pegal, terlebih dia baru saja perjalanan jauh. "Kak?"Tak ada sautan dari panggilannya. "Kamu kemana?"
Aresh memutuskan mencari Avisha, hingga akhirnya menemukan gadis itu di halaman rumah. Gadis itu tampak tengah berbicara dengan seseorang melalui telefon seluler.
"Kak, telfonan sama siapa?"
Kehadiran Aresh berhasil mengejutkannya, segera Avisha matikan panggilan secara sepihak, berusaha menutupi rasa gugupnya. "Eh—kamu udah bangun?"
"Udah, aku nyari kakak dari tadi." Alis Aresh menyatu. "Kakak telfonan sama siapa?"
"Sama temen aku, dia ngajak main, cuman aku tolak karena ada kamu."
"Kalau sama temen, kenapa harus jauh banget telfonannya?"
Avisha dapat merasakan bahwa Aresh menatapnya tak percaya, ada gerutan heran di dahinya, menandakan cowok itu tengah bingung. "Kakak gak bohong, kan? Aresh boleh liat daftar panggilannya?"
Avisha menggeleng cepat. "Aku gak suka ponselnya dimainin orang lain Resh, privasi."
"Tapi kamu sering buka ponsel aku."
Aresh menghela nafas gusar. "Yaudah gapapa kalau emang gamau nunjukkin."
"Aresh harap, gaada kecewa di sini, ya, kak."
***
"Mau kemana lo?"Sebelum hendak membolos, keempatnya dipergok oleh Harmonie. Gadis berkuncir kuda itu menatap tajam mereka, yang memang sudah siap akan membolos jam mata pelajaran Matematika.
"Bolos," jujur Aresh dengan lugunya.
"Gak boleh, masuk."
"Kali ini aja kek, males banget gue, lagi pusing tauu." Jaka menyeletuk.
"Lo mau jadi apa Jaka? Kalau ngebolos mulu, sekalinya gak bolos, tidur di kelas. Pemalas."
"Pedes banget kalo ngomong," Reo mengucap. "Kalian berempat kenapa sih, gak betah banget di kelas?"
"Karena ada lo."
Harmonie mendelik saat Aresh berucap seperti itu. "Masuk! Atau gue aduin guru BK."
Aresh merasa jengkel saat melihat Harmonie berdiri di depan mereka, memblokir jalan. Rencananya untuk membolos hari ini kembali gagal.
"Dasar cewek galak," gumamnya tetap terdengar oleh telinga Harmonie.
"Gue dengar ya! Jangan lupa bayar uang kas lo!"
Setelah memastikan ancamannya mempan, Harmonie berbalik, memilih meninggalkan halaman belakang sekolah, tempat yang menjadi tujuan keempatnya untuk membolos. Dari awal harmonie memang sudah mengintai, memastikan agar mereka tidak kembali berulah dan mencoreng nama kelas X IPA 2.
"Balik aja deh."
"Gagal lagi deh," decak Jaka kesal.
"Males cuy berurusan sama dia, panjang asli."
Apa yang diucapkan Aresh ada benarnya juga. Berurusan sama Harmonie yang notabene-nya dekat dengan wali kelas berhasil mengancam nilai mereka semua menjadi merah. Gadis itu selalu cepu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURER | ARESH
Teen FictionAresh Sabiru Mahendra lebih memilih menghabiskan waktu bermain Mobile Legend daripada merasakan sakitnya jatuh cinta. Bagi Aresh, cinta hanyalah gangguan---hingga dia bertemu dengan Avisha, gadis Jakarta yang memikat hati dan mengubah pandangannya...