31. ORANG BARU?

118 6 0
                                    

halo! maaf sebelumnya, di part ini selisih waktu antara part sblm dan yg ini agak jauh yaa karena biar ceritanya gak terlalu lama.. selamat membaca!


"Sat," Sapa Zara pada Satya.

"Ini kita berdua doang? Mana si Muthia itu?"

"Nah, itu. Gue mau ngomongin itu."

"Apaan?"

Mereka berdua duduk di sebuah gazebo yang ada dekat dengan parkiran fakultas mereka. Ditemani dengan suara gemercik air yang berasal dari kolam taman di sana. Tersisa hanya mereka berdua saja.

"Bapaknya dia sekarang jodohin dia lagi. Gue tau persis orangnya malah. Kali ini gue nggak ngelarang. Dia itu Arsi, anaknya rektor kampus kita."

Seketika Satya terdiam dan sedikit melongo setelah mendengar 4 kata terakhir dari ucapan Zara baru saja. Ya pantas saja Zara tidak melarang, wong anaknya yang punya kampus.

"Em, Zar. Itu bukan alasan buat lo setuju sama perjodohan itu, kan?"

"Bukan. Gue kenal dia. Gue sempet 1 SMA malah dulu, cuma beberapa bulan aja, soalnya dia dipindahin ke sekolah internasional. Jadi, gue sedikit tau kepribadian dia gimana. Tapi, mau gue setuju atau enggak, gue nggak akan turut andil dalam perjodohan Muthia ini."

Satya mengangguk kepalanya perlahan, "Bisa lo ceritain sedikit nggak?"

"Arsi dulu pertama masuk langsung terkenal, karena ya latar belakang keluarganya. Selain itu, pas ada acara ulang tahun sekolah, keluarga dia nih, pribadi ya, jadi donatur sekolah, Sat! 10 juta! Lo bayangin aja. Apa nggak jadi bahan omongan anak-anak?"

"Buseh. Yang bener lo? Nggak, nggak mungkin. Ini lo ambil cerita dari novel, ya? Dia kaya raya? Tapi pinter nggak? Nanti sandingan sama Muthia yang nggak ketulung pintarnya, eh malah lakinya nggak ngimbangin."

Walau mereka bukan bagian dari keluarga Muthia, sesiapapun yang akan menjadi kekasih atau pasangan Muthia, pastilah akan dicari tahu seluk-beluknya orang tersebut. Bukannya apa. Karena mereka tidak mau Muthia mendapatkan seorang lelaki yang tidak pantas mendapatkan berlian.

"Beneran! Udah gitu, dia pinter banget! Walau dia nggak ada setahun di SMA gue, tapi dia cukup menonjol. Karena waktu itu ada olimpiade khusus cabang dinasnya gue, dia jadi perwakilan. Dan dapet gold medal. Gila kan! Baru masuk langsung bikin geger karena ada aja gebrakannya!"

"Waduh... Nggak ada alasan buat Muthia untuk nolak, sih. Tapi lo tau ini darimana dah? Tentang perjodohan ini."

"Kemarin siang gue dapet chat dari temen lama gue di SMA, katanya Arsi mau nikah. Ya gue kaget dong, terus dia cerita kalo nikahnya sama temen gue. Ya temen gue yang menurut gue pantes buat Arsi ya cuma Muthia. Eh ternyata bener."

"Yaelah, lo udah tanya keluarganya belum? Gue kira dari abangnya atau bokap nyokapnya."

Zara mengeluarkan ponselnya yang sedari tadi ia simpan di saku celananya. Kemudian dia membuka salah satu room chat di aplikasi Line, lalu menunjukkannya kepada Satya.

"Noh, baca sendiri aja lo."

Dengan yakin Satya membaca pesan-pesan yang ada dalam room chat tersebut. Berbagai ekspresi terlihat dari raut wajah pria itu. Tak lama, ponsel Satya berdering. Suara itu membuat keduanya terkejut bukan main.

Dilihat nama sang penelpon itu.

Muthia.

"Anaknya telepon, nih. Panjang umur banget. Baru aja diomongin."

"Angkat gih."

"Ya, halo? Apa, Muth?"

"Mm, lo sama Zara bisa kesini nggak? Ke rumah. Gue mau lamaran."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABDINEGARA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang