24. HWD

725 53 2
                                    

"Adek.. ini Gara udah di bawah. Lagi ngapain sih, kamu?" Tanya Mecca didampingi Azmira yang masih berjalan di depan kamar Muthia.

Mecca dan Azmira sudah dari tadi pagi berada di rumah.

Muthia yang masih mencari-cari dompetnya pun khawatir.

"Lagi cari apa, Dek?"  Tanya Mecca.

"Itu udah ditunggu kamu, Dek."

Lelah mencari, dia pun menjawabnya. "Hah? Oke, Mbak Mecca sama Mbak Mira turun dulu nggak papa."

"Tak bantu bawain aja sini tasnya," tawar Mecca yang langsung mengambil tasnya.

Dia turun dan langsung menemui dan menarik Gara yang tadi sedang mengobrol dengan Hafidz dan Chaca.

Gara terheran-heran. "Apa lho?"

"Dompet ku hilang. Piye to iki?"

"Lah.. kebawa aku, Dek, semalem. Kamu pas mau gendong dedeknya kan minta titip dompet kamu ke aku."

"Lah! Ngapa ndak ngomong aku ta, Mas! Capek aku nyari dompet itu dari kamu dateng!"

"Hahahahah, dasar tukang panik."

"Apa, Dek? Ndak sopan banget kamu, ya. Orang lagi ngobrol sama Ayah Bunda kok langsung ditarik kayak begitu. Jangan dibiasakan."

"Iya, maaf, Yah. Ayah udah mau berangkat?"

"Iya. Bareng kalian aja, deh, ya?"

"Hmmm, okeyyy."

Tepat pukul 9 pagi, mereka langsung menuju ke bandara untuk segera terbang. Tetapi, sebelum mereka ke bandara, ada Hafidz yang minta diantar ke tempat dimana dia bekerja.

Sesampainya di Detasemen TNI AU, Ayahnya turun dan memberi sebuah uang untuk jaga-jaga jika memerlukan uang lebih.

"Hati-hati kalian, ya. Jangan lupa berdoa dulu sebelum terbang. Kalo udah sampe, jangan lupa langsung kabarin. Khusus buat Adek, jangan buat kita khawatir lagi kayak kemarin!"

"Siap, Ayah, hehehe. Btw Ayah gagah banget, mau ada acara emangnya?"

"Iya, nanti ada kunjungan."

"Siap, selamat bekerja, Yah. Kita pamit," timpal Gara yang duduk di bangku belakang sebelah Muthia.

Kemudian mereka lanjut untuk menuju ke bandara karena waktu semakin dekat ke jam penerbangan.

Bandara di daerah tersebut menyambut kedatangan mereka. Dengan cuaca yang panas, mereka langsung masuk ke ruang tunggu dan saling mengobrol satu sama lain.

Tidak heran jika kota halaman Muthia dikenal panas. Bahkan, kotanya pernah tercatat mencapai suhu 39°.

Skip.

Outfit yang dikenakan Muthia sangat sederhana. Celana kulot warna hitam, kaos bahan rajut warna putih, pashmina hitam, memakai masker warna hitam serta kacamata minus yang jarang dia pakai.

Mata Gara tak henti-hentinya memandang Muthia yang sedang bermain ponselnya.

Muthia yang sadar bahwa dia dilihati terus-terusan oleh lelaki itu pun membuka maskernya dan tersenyum lebar.

"Hayo, kenapa lihatin aku terus?"

"Kamu cantik banget hari ini."

Muthia terkekeh. "Bisaan kamu, ah. Yok, udah jamnya masuk."

"Masuk apa?"

"Pesawat, yuk?"

"Yoo."

Setelah naik dan duduk di kursi pesawat, mereka berdua langsung berfoto bersama.

ABDINEGARA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang