28. KOTA DILAN & MILEA

556 30 6
                                    

Saat hendak menuju ke Mobil, di teras ada keluarga Gara yang baru saja datang dari Kediri. Terlihat seorang bayi tengah menangis di gendongan Sang Ibunya.

Melihat itu, Muthia pun tersenyum kepada bayi itu.

"Mau kemana, Gar?"

"Ngabuburit. Ngapain, sih?"

"Astaghfirullah. Gak ngapa-ngapain, sih. Btw mau jalan-jalan, ya. Jadi, aku titip Abimanyu, ya. Capek banget. Mau istirahat sama istri."

Muthia dan Gara pun saling tatap satu sama lain. Sedangkan Clara, dia hanya tersenyum jahil saja melihat ekspresi sang kakak dengan pacarnya itu sekarang. Dia sudah membayangkan nanti mereka menjaga Abimanyu berdua.

Ide jahil pun sudah terlintas di pikiran Clara.

"Udah, sih, Aa. Kasian juga Uncle Rakha sama Aunty Sabrina."

Gara pun berubah ekspresi menjadi lebih tidak bersahabat. Pasalnya dia sedang tidak ingin menjaga bayi.

"Iya, Uncle. Sini dedek, sama Tante, ya."

Rakha yang belum mengetahui siapa Muthia itu sontak merebut Nata kembali karena tidak kenal dengan Muthia. Lantas Muthia terkejut, karena perlakuan dari Rakha tersebut.

"Siapa kamu?!"

Baruna menggeleng-geleng kepalanya, "Dia ini pacarnya si Gara. Gak sopan kamu, Rakha."

"Oh, maaf, Om. Gak tau. Ya udah, nih. Jagain Nata yang benar, ya! Ini tas isinya ada minyak telon, baju, pampers, susu sama gendongan. Ini saya kasih uang 200 ribu, itung-itung upah."

"Upah - upah, mana cukup!"

"Heh! Gak sopan! Terima gak!"

"Tambah lah! 499.999 ribu!" Tawar Gara.

"Nggak ada! Sono pergi lo!"

Mata Gara memelototi Rakha. Sedangkan Rakha dia hanya tertawa lalu masuk bersama dengan Baruna, Afifah dan Sabrina.

"Sabar, Mas. Lagian enak, lho, jaga bayi seumur dia."

"Apa enaknya. Nanti kalo dia pup gimana? Rewel? Minta susu? Pipis? Siapa yang mau ganti? Kamu?"

"Iya, sayang. Nggak papa. Ya udah, ayo. Nanti keburu sore jadi bentar doang ngabuburit nya."

"Clara, nanti kau bantu kakak kau."

"Ya, Aa."

Selama perjalanan, anak bayi itu selalu saja menangis. Dia tidak pup dan tidak pipis. Diberi susu dan biskuit pun dia tidak mau. Muthia mulai kebingungan.

Dia akhirnya memutuskan untuk menelpon Zara dan Satya untuk membantunyw menenangkan bayi itu walau hanya secara virtual.

Tidak sampai 15 detik, sambungan video call group pun tersambung.

"Woy, bantuin gue. Hibur dia, dong! Kelakuan kalian kan gila, barangkali dia ketawa gitu."

"Anj* lo. Sabi, nih. Tapi ada bayaran, ya, cyiiinnnn."

"Yaelah, Satya lo ikhlas gak?!"

"Iya iya. Halo dedek, kamu tau gak bedanya kamu sama monyet?"

"Nah, temen bego nih kayak gini. Heh biji duren, gak gitu! Lo kira mau rayu cewek, hah? Anjrit lo. Kayak gini nih."

ABDINEGARA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang