15. - KAMU DIMANA : MUTHIA?

822 42 1
                                    

Muthia kembali menyetir mobilnya untuk menuju ke kost-nya. Ya, sebenarnya ada rasa takut yang sedikit ia rasakan, sih. Tapi, ya bagaimana lagi. Dia sangat ingin mengantar lelakinya itu pendidikan.

Ia juga merasa lumayan tenang, karena jika ada orang jahat, dia bisa mengeluarkan skill beladiri-nya yang dulu pernah ia pelajari. Tak banyak yang tahu tentang skill yang dimiliki oleh Muthia yang satu ini.

Tenang dalam mengendarai, tiba-tiba ia mendapat sebuah pesan yang entah dari siapa pengirimnya. Dia tidak berani membuka Handphone karena sedang hujan sangat deras, yang membuat jarak pandang lumayan terganggu.

Petir yang kadang menyambar, membuat Muthia sedikit takut. Terlebih dia mengendarai mobil sendirian.

Namun, dia juga seorang gadis yang pemberani. Dia berusaha agar selalu berani dalam segala suasana dan keadaan yang ia hadapi.

"Astaghfirullah.. gede banget hujannya," ucap Muthia walau tidak akan ada yang mendengarnya.

Dia pun memilih untuk memutar lagu di mobil supaya tidak terlalu hening dan sunyi. Lagu yang dipilih tentunya lagu yang sangat ia sukai. Dan dia ikut bernyanyi di dalam mobil.

KRING.. KRING.. KRINGG

Panggilan telepon masuk. Muthia melihat nama yang tertera di layar, dan segera ia angkat karena untuk menemani dirinya.

Hallo Assalamualaikum. Gimana? Takut nggak? Disitu hujan besar? Disini besar banget, ditambah petir

Waalaikumsalam. Iya, gede banget ini, Mas

Pake kacamata biar nggak kabur pandangannya. Pelan-pelan aja nggak usah ngebut, ya. Aku temenin, kok, disini

Iya, aku ngebut dikit biar cepet sampai

Nggak boleh! Kecilin kecepatannya gak

Ish, biar cepet sampe. Aku takut kalo jam 10an belum sampe. Kamu tau, kan, ada daerah yang rawan banget?

Hmm, iya.. maaf ya. Gara-gara nganterin aku kamu jadi kayak gini.

Iya, nggak papa

Sepanjang perjalanan, Gara pun menemani Muthia via telepon. Berbincang dengan segala topik yang kadang kehabisan juga.

Saat bertelepon, Bunda Muthia menelponnya. Kebetulan saat itu lampu merah, jadi dia sempatkan untuk mengirim pesan kepada Ibunda-nya itu. Barangkali penting.

Bunda
online

Dek kamu dimana? Itu Bunda kirimin paket ke kamu, kata kurir rumahnya kosong

Aku lagi di jalan, Bun. Taroh aja paketnya di meja teras, kalau nggak titipin ke tetangga

Kamu darimana ta? Disitu ujan, bukan?

Abis nganter Mas Gara, Bun. Iya, ujan ini

Ya Allah, emang nggak bisa dia pulang sendiri? Kamu bukannya diem di-kost kalau ujan kayak gini, malah ke Magelang

Mm, adek juga mau liat gerbang Akmil lagi, Bun. Udah lama, kan, aku nggak lihat setelah Mas Adi lulus

Alesan aja kamu. Kamu sendiri?

ABDINEGARA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang