13. - MAAF DAN JANJI

883 49 1
                                    

{ MAAF, DI PART KALI INI LEBIH BANYAK OBROLAN ANTARA MUTHIA,GARA DAN YANG LAINNYA}

"Ayo, Bang! Cepetan! Nggak sabar ini kita ketemu sama Teteh Muthia itu!"

"Kenapa kalian manggil dia Teteh, sih? Dia itu gadis Jawa, panggilnya Mbak aja."

"Lahhh, kenapa ko tak bilang? Sa sudah terlanjur panggil Teteh kemarin."

"Hehehe. Bentar, saya siap-siap dulu."

"Cepat!"

"Kenapa kau berani sekali dengan senior mu?!" Sahut Ilham dan Afgan.

"Siap! Salah, Bang. Ampun."

Gara yang sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Muthia pun tak berhenti untuk selalu tersenyum di depan cermin. Entah mengapa, rasanya pertemuan kali ini sangat membuat dirinya senang dan bahagia.

Berbeda dari yang sebelumnya. Seperti ada perasaan yang berbeda kali ini.

Dia tidak lupa membawa sebuah buku kecil, sebagai bayaran atas kerinduannya selama seminggu ini. Disana tertulis coretan dan tulisan yang berisi curahan hati seorang Gara saat pendidikan.

Setelah merasa sudah siap dan tampan.. eh-lupakan. Dia pun keluar dari kamarnya dan langsung memakai sepatu yang sudah mengkilap hitam bersih.

Adek asuh dan saudara asuhnya dengan sabar menunggu Gara.

Beberapa menit kemudian, mereka langsung menuju ke sebuah cafe. Disanalah mereka akan bertemu dengan Muthia, dan mengambil oleh-oleh yang dibelikan oleh Muthia.

Dengan senyum yang sangat sumringah, Gara membayang-bayangkan paras cantik dari seorang gadis yang kini menjadi miliknya, walau belum sepenuhnya dan seutuhnya.

Membayangkan senyum manis dan gaya bicaranya yang selalu ia rindukan selama jarak memisahkan mereka berdua.

"Abang tampaknya bahagia sekali, ee."

"Lebih bahagia kalau kau diam selama perjalanan."

"Siap! Baik, Bang."

"Sul, kau bawa permen?" Tanya Ilham.

1 detik..

2 detik..

10 detik..

" Heh Sultan! Kenapa kau diam?!?" Getak Afgan.

"Eh! Sasuh! Buat kaget aja. Ada apaan?"

"Hah? Lo nggak denger kita tanya lo apaan? Kita tuh tanya, li punya permen atau gak. Biasanya setiap pesiar pasti lo bawa permen banyak."

"Bawa, Suh. Nih, ambil aja. Nggak usah bayar. Udah kaya soalnya," ucap Sultan dengan muka yang sombong.

"Kaya akan dosa maksudnya..." Sambungnya dan disambut dengan tawa renyah dari mereka semua.

Tiba-tiba..

Dorr!!





"Lama banget, sih.. udah telat 20 menit. Kemana coba?!" Omel Muthia pelan.

Muthia yang sudah badmood menunggu pun mengomel sendiri. Namun, dia masih sabar untuk menunggu kedatangan mereka. Tapi, dia merasa tidak nyaman jika duduk sendiri dengan membawa 3 kantong plastik besar.

Sudah berkali-kali ia menelpon dan menghubungi Gara, namun tidak dapat terhubung. Begitu juga dengan Ilham, sama saja tidak bisa dihubungi. Padahal, sudah berkali-kali dia mencoba menghubunginya.

ABDINEGARA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang