BAB 37 : The Fall Of Class 11 part 1

578 91 9
                                    

Langit di luar aula tampak mendung, seolah mencerminkan suasana hati para murid angkatan kelas 11 yang sudah berkumpul di aula sekolah. Ruang yang biasanya dipenuhi dengan tawa kini diselimuti keheningan yang menekan. Suara gemuruh dari luar tampak seolah-olah ikut meresapi suasana tegang yang menyelimuti hati setiap siswa.

Setelah tiga hari lalu mendapat pengumuman bahwa mereka bisa mendapat keringanan atas kecurangan dalam ujian bulanan, anak kelas 11 bisa mendapatkan nilai pas KKM dan tidak harus mengikuti ujian ulang asalkan memberitahu siapa dalam dibalik kecurangan ini.

Apakah sudah ada yang melaporkannya kepada Pak Garvi?

Karena di depan aula, pada podium kecil, sudah berdiri seorang pria dengan postur tegap, Pak Garvi, sosok guru sekaligus kesiswaan yang selalu dikenal adil namun tegas, wajahnya terlihat tegas dengan pandangan mata yang tajam. Tak jauh di belakang Pak Garvi, semua wali kelas angkatan kelas 11 terlihat berdiri di sana.
Kedua mata Pak Garvi menyapu seluruh ruangan, menilai setiap wajah yang dipenuhi kecemasan. Hening yang mencekam menyelimuti aula, membuat setiap napas terasa berat. Pak Garvi menarik napas dalam sebelum akhirnya suaranya menggema di seluruh ruangan, serupa denting lonceng yang menggetarkan hati.

“Selamat pagi. Terima kasih karena sudah menyempatkan berkumpul di sini.” Suara Pak Garvi akhirnya memecah keheningan, menggema di seluruh ruangan. “Seperti yang sudah saya beritahukan, saya menawarkan dalam tiga hari untuk mengadukan siapa dalang dari kecurangan ujian kelas ini. Dan saya sudah mendapat informasi siapa dalang yang melakukannya.”

Sontak, para murid kelas 11 pun berbisik-bisik mencari informasi siapa yang mengadukan, membuat suasana menjadi bising membuat Pak Garvi harus mengetuk-ngetuk microphone untuk membuat mereka kembali fokus ke depan.

"Sungguh, saya menyesalkan perbuatan kalian, terutama yang menjadi dalang atas kecurangan ini," ucap Pak Garvi dengan nada yang datar, tetapi sorot matanya menyiratkan badai yang tak tersampaikan. Wajahnya tetap tak tergoyahkan. Di balik ketenangannya, terpancar kekecewaan yang dalam.

Sebagian besar siswa di aula menunduk dalam-dalam, seolah tak sanggup menatap tajamnya kekecewaan yang menguar dari Pak Garvi dan para guru lainnya. Penyesalan itu seperti pisau tajam, menusuk dan mengiris ke dalam hati mereka, meninggalkan luka atas tindakan curang yang telah mereka lakukan pada ujian yang lalu.

"Setelah melalui penyelidikan yang mendalam terhadap bukti-bukti yang ada melalui aduan yang disampaikan, saya akhirnya menemukan bahwa dalang dari insiden ini adalah ketua kelas dari 11-2 hingga 11-9," lanjut Pak Garvi dengan nada yang berat namun tegas.

Sejenak, keheningan menyelimuti aula, seakan waktu sendiri berhenti mendengarkan pengumuman itu. Namun, tak lama kemudian, aula dipenuhi oleh bisikan-bisikan yang mencuat dari segala arah, seperti angin gelisah yang berhembus tanpa kendali. Mata-mata yang tadinya memancarkan kewaspadaan kini berubah menjadi sorot-sorot yang diliputi kebingungan, bagaikan mencari pijakan di tengah kabut yang tebal.

"Kenapa cuma ketua kelas dari 11-2 sampai 11-9?" bisik seorang siswa dengan nada bingung dari kelas 11-2, suaranya nyaris tertelan oleh gemuruh bisikan yang memenuhi aula. Ia menoleh ke arah temannya di sebelah, matanya penuh tanya. "Gue pikir yang bakal kena cuma ketua kelas 11-1, karena dia kan dalang utamanya."

Temannya, yang tadinya hanya diam dan menyimak, kini mengangguk pelan. Wajahnya tampak pucat, seperti tengah mencerna sesuatu yang tak terduga. "Iya, aneh banget... Dan kenapa ketua kelas 11-2 sampai 11-9 nggak masuk sekolah hari ini?" sahutnya dengan suara serak, seolah-olah kata-kata itu sendiri terasa pahit di tenggorokannya. Matanya menyapu ruangan, mencari jawaban yang tidak ada.

Hetairoi : The King Of Imperium SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang