BAB 39 : Cunning Tactics And Revelation part 1

173 39 4
                                    

Flashback sebelum sidang kedisplinan siswa

Pagi itu, matahari belum sepenuhnya naik ketika Indy berlari terburu-buru dari apartemennya menuju Imperium School. Angin pagi yang sejuk menghempas rambut panjangnya yang tergerai, mengiringi langkahnya yang panik.

"Ugh, sial!" umpatnya dalam hati.
Alarm yang disetel semalam tak mampu mengalahkan daya tarik drama yang ia tonton. Niatnya hanya menonton satu episode sebelum tidur, tetapi ia justru menamatkan satu season penuh. Akibatnya, pagi ini ia terlambat bangun.

Waktu terus berlari seperti musuh yang tak kenal ampun. Menyadari jam di pergelangan tangannya menunjukkan kurang dari satu menit sebelum gerbang ditutup, jantungnya berdegup kencang. Jika ia tidak berhasil masuk, poinnya bisa dikurangi, dan tidak menutup kemungkinan bisa berimbas pada poin kelasnya.

Indy mempercepat larinya, mata terfokus pada gerbang sekolah yang mulai ditutup.

"Please, please, jangan dulu ditutup!" teriak Indy, suaranya menggema dalam keputusasaan. Tiga anggota OSIS yang berjaga di gerbang tampak acuh tak acuh, seakan tak mendengar permohonannya. Gerbang tertutup dengan suara berat, membuat hati Indy mencelos.

"Please, bukain gerbangnya! Belum ada semenit gue telat!" teriak Indy, mengguncang-guncang gerbang yang tak bergeming. Suaranya memantul di udara pagi, menggema dengan nada putus asa. Tangan mungilnya mulai terasa sakit, tetapi ia tetap berusaha membuka gerbang yang kokoh itu.

Ia menyerah mengguncang gerbang tinggi di depannya. Satu tangan diletakkan di pinggang, sementara yang lain menyugar rambut, menekan kepalanya dalam kebingungan. Di tengah keputusasaan itu, gerbang tiba-tiba terbuka sedikit. Indy mendongak, menemukan seorang siswa laki-laki dengan tinggi 181 sentimeter, kacamata membingkai wajahnya, yang tampak menatapnya dengan senyum kecil.

"Lo nggak mau masuk?" tanyanya dengan suara tenang.

Indy terkejut. "Ah, iya, mau!" serunya, segera bergegas melewati celah sempit itu. Setelah ia berhasil masuk, sepersekian detik gerbang kembali tertutup rapat. Indy melihat sekeliling, tidak menemukan satpam, hanya ada CCTV yang mengawasi mereka.

Rasa panik mulai menguasai Indy dalam sekejap. "Gimana kalau dihukum?"

"Aman, nggak bakal dihukum," kata lelaki berkacamata dengan senyum menenangkan.

Menyadari sesuatu, Indy menatap lekat lelaki di depannya. "Lo… yang lakuin ini? Kenapa?"

"Karena poin lo bisa berkurang,” jawabnya tenang.

Indy terdiam, mencerna kata-kata itu. Laki-laki dengan tindakan gegabahnya bisa saja membahayakan posisinya sendiri. "Lo Fabil kelas 10-1, kan?"

Si pemilik nama lantas tersenyum. "Iya."

Disusul senyuman lega dan penuh rasa terima kasih tergambar jelas di wajah gadis dari kelas 11 itu. "Thanks, ya. Gue berhutang sama lo. Nanti, gue bakal traktir lo. Tapi sekarang, kita harus masuk ke kelas sebelum ketahuan guru."

"Oke, gue pegang janji lo," sahut Fabil.

Indy tertawa pelan, mereka berlari kecil menuju area dalam Imperium School. Namun yang tidak diketahui Indy, seorang siswa yang sedang duduk di depan laptopnya sedang sibuk mengutak-atik, memastikan rekaman kejadian tersebut tidak terekam. Satpam yang seharusnya berjaga kembali ke pos setelah keluar dari kamar mandi karena sakit perut mendadak setelah meminum kopi pesanannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hetairoi : The King Of Imperium SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang