25.SEOKSOO BERSATU

92 10 0
                                    

Di sebuah ruangan jaksa yang luas namun terasa padat karena penuh dengan berkas-berkas yang menumpuk. Di sisi kanan dan kiri, terdapat rak-rak tinggi yang dipenuhi dengan dokumen-dokumen dalam map berwarna cokelat, hijau, dan merah, yang sudah berderet hingga mencapai langit-langit. Di atas meja kayu besar di tengah ruangan, berserakan tumpukan berkas-berkas yang sedang dikerjakan, beberapa dengan label yang sudah usang dan kertas-kertas yang tampak sudah berumur.

Di sudut ruangan, ada sebuah kursi kulit hitam yang nyaman namun dikelilingi oleh tumpukan map yang hampir menutupi pandangan. Di sebelahnya, terdapat lampu meja kuno yang sinarnya menerangi bagian kecil dari kekacauan berkas di meja. Laci-laci di bawah meja terlihat sedikit terbuka dengan kertas-kertas yang menjuntai keluar. Di dinding, tergantung papan pengumuman yang dipenuhi catatan tempel berwarna-warni, kalender yang penuh coretan, dan beberapa sertifikat hukum dalam bingkai kayu gelap. Ruangan ini menggambarkan kesibukan seorang jaksa yang terus-menerus bekerja dengan banyak kasus.

Pemilik ruangan itu kini terlihat menggoyang kan kepala nya dari kanan ke kiri lalu mengulang nya beberapa kali, setelah itu ia kembali memfokuskan diri nya kepada dua berkas yang sudah ia periksa selama tiga jam tanpa beranjak dari duduk nya. Dia adalah Joshua yang memeriksa berkas MGY Corp dan Jeon's Hospital sedari tadi, dan hal itu membuat nya sakit kepala

"Ini sangat sulit, tapi jika Ayah yang mengambil alih maka mereka akan dalam bahaya." Joshua kembali merenggangkan tubuh nya, melemaskan bagian tubuh nya sampai kaki sehingga meninggalkan bunyi kretek di tempat tertentu dan itu membuat tulang nya kembali seperti semula

Karena merasa suntuk, Joshua menyudahi pekerjaan nya dan hendak keluar untuk mengambil beberapa cemilan dan minuman di dapur. Sebelum itu, ia merapikan meja nya kembali dan memasukkan kedua berkas itu kedalam laci dan mengunci nya. Ia beranjak dari kursi dan melirik sebentar ke arah jendela. "Seperti nya akan turun hujan." Tanpa pikir panjang Joshua meninggalkan ruangan dan keluar, membiarkan lampu ruangan mengusir kegelapan malam di tempat itu

Ia menuruni tangga dan menuju lantai satu rumah, berjalan ke arah dapur dan menuntaskan apa yang menjadi tujuan nya. Saat melintasi ruangan yang terbuka tidak jauh dari arah dapur ia samar-samar mendengar suara sang ayah yang sedang berbincang, karena penasaran Joshua berhenti melangkah dan menguping apa yang sedang Presiden Hong bicarakan lewat sambungan telpon

"Selama ini aku telah menjaga tahta dan kekuasaan ku, tidak akan ku biarkan orang lain merebutnya dari ku." Presiden Hong berucap dengan tenang sembari menikmati taman luar dari kaca jendela besar yang ada di dalam ruangan nya

"Dengan siapa Ayah berbicara?" Karena semakin penasaran dengan pembicaraan lewat telpon itu, akhir nya Joshua menunda langkah nya untuk ke dapur. Ia melangkah dengan perlahan memasuki ruang kerja sang ayah dan mencoba menguping kembali apa yang akan di katakan Presiden Hong

"Satu hal yang putra ku tidak tau." Presiden Hong berjalan mendekati jendela kemudian mengibaskan tirai besar dihadapan nya dengan lembut. Joshua yang berada di belakang sangat antusias ingin mendengar kelanjutan ucapan dari nya bahkan sudah kepalang penasaran dengan hal itu, "Aku lah yang telah membunuh ibu nya saat itu, dan mengatakan bahwa ibu nya kecelakaan." Lanjut nya dengan nada tenang dan tidak tau jika Joshua mendengar semua perkataan nya, "Namun putra ku sangat polos dan percaya pada ku."

Joshua berdiri membeku di balik pintu, mendengar setiap kata yang menghancurkan dunianya. Fakta menyakitkan yang ia dengar adalah ayah nya lah yang telah membunuh ibu nya saat usia nya 10 tahun, dan ia berbohong jika ibu nya kecelakaan saat mengemudi di jalan. Kata-kata itu terjebak dalam pikirannya seperti jarum tajam, menusuk hati dan mencengkeram perasaannya. Napasnya tertahan, seolah dunia di sekelilingnya tiba-tiba berhenti bergerak. Matanya melebar, penuh dengan keterkejutan dan ketidakpercayaan, sementara tubuhnya bergetar tak terkendali.

Behind The Veil Of Secrets (MINWON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang