Saat Presiden Hong dan Yuta sedang melangkah cepat menuju gua, ponsel Yuta kembali bergetar di saku jasnya. Ia menghentikan langkah, menarik ponselnya, dan membaca pesan yang baru saja masuk. Alisnya terangkat, lalu senyumnya mulai muncul—dingin dan penuh perhitungan.
"Ada apa?" tanya Presiden Hong, melihat ekspresi Yuta yang berubah drastis. Dia berhenti di samping Yuta, menunggu jawaban yang tidak akan mengecewakan.
Yuta menatap layar ponselnya beberapa detik lagi sebelum akhirnya mendongak dan berkata, "Mingyu dan timnya… Mereka masuk ke dalam Biltmore mansion."
Presiden Hong terdiam sejenak, mencerna kabar itu. "Mereka ada di mansion? Apa mereka gila?" Suara Presiden Hong terdengar heran, tapi dalam nada bicaranya tersirat rasa puas yang sama seperti yang dirasakan Yuta. "Mereka benar-benar masuk ke kandang predator tanpa tahu apa yang menanti."
Presiden Hong tertawa pelan, suaranya serak dan rendah, penuh dengan kebencian yang sudah lama terpendam. "Mereka baru saja menginjakkan kaki ke perangkap yang tak bisa mereka lepaskan." Matanya menyipit, pandangannya liar, seolah bisa melihat bagaimana rencana mereka akan terwujud dengan sempurna.
Yuta, yang biasanya penuh perhitungan, bahkan tidak bisa menyembunyikan senyum tipis di wajahnya. "Ini lebih mudah dari yang kita kira. Mereka semua sekarang berada di tempat di mana kita bisa mengendalikan segalanya. Tidak akan ada jalan keluar untuk mereka."
Presiden Hong melangkah beberapa langkah ke depan, lalu berhenti lagi, menghadap pegunungan di kejauhan. "Ya... Kau benar." Dia bisa membayangkan detik-detik terakhir Mingyu dan yang lainnya—bagaimana mereka terjebak tanpa menyadarinya. Senyum miring menghiasi wajahnya saat imajinasi itu memenuhi pikirannya. "Mingyu…" bisiknya pelan, seolah menyapa musuh lamanya yang sudah mendekat pada akhirnya. "Aku bisa melihatmu… mati di dalam sana. Kalian semua akan hancur."
Dia memejamkan mata sejenak, menikmati momen kemenangan yang terasa sangat dekat. Di belakangnya, Yuta memandangnya dengan tatapan setuju, sudah membayangkan langkah-langkah berikutnya.
"Kalau begitu, biarkan mereka bersenang-senang di mansion itu," lanjut Presiden Hong, suaranya lebih tegas. "Mereka tidak akan pernah tahu apa yang menanti mereka sampai sudah terlambat. Kita tidak perlu terburu-buru membunuh mangsa yang kita tangkap..."
Angin malam berhembus kencang, membawa dingin yang menusuk, tapi keduanya hanya merasakan kehangatan dari rencana mereka yang kini semakin sempurna. Langkah mereka berhenti untuk sementara, menikmati ketidakberdayaan musuh yang sudah berada dalam jangkauan mereka.
•
Sementara itu, Mingyu dan Seokmin berdiri terpaku di ambang pintu ruang tamu mansion milik Tetua Gokudo. Udara yang tegang seolah berhenti saat mereka melihat seseorang yang tak asing. Seungcheol, pemilik CGC yang terkenal dengan aura mahal dan maskulin, kini berdiri di tengah ruangan dengan penuh wibawa. Mengenakan setelan jas hitam yang mahal dan rapi, tubuhnya memancarkan aura dingin dan misterius. Wajahnya yang biasa tersenyum hangat kini dipahat dengan ketenangan dan otoritas yang menggetarkan.
Mingyu menahan napas, matanya membulat tak percaya. "Seungcheol Hyung?" suaranya nyaris berbisik. Ia sulit mempercayai bahwa sosok yang berdiri di depannya adalah orang yang sama saat dulu selalu bersamanya dalam suka maupun duka.
Seokmin, di sisi lain, tak mampu berkata-kata. Matanya terpaku pada pria itu, tertegun oleh kehadiran Seungcheol di tengah-tengah keluarga Gokudo. "Apa... yang sedang terjadi?" Seokmin akhirnya berbisik, suaranya hampir tertelan oleh keterkejutan yang masih membelenggu. Ia jarang bertemu Seungcheol, namun aura Seungcheol mampu membuatnya tidak bisa bergerak.
Seungcheol menatap mereka berdua, dengan senyum tipis yang penuh arti di sudut bibirnya, sebelum melangkah maju dan meruntuhkan jarak yang dulu pernah begitu dekat. "Siap kan segalanya untuk mereka malam ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Veil Of Secrets (MINWON)
Mystery / ThrillerDia adalah manusia berdarah dingin yang mampu membakar sesuatu dengan tatapan tajam nya, membunuh tanpa menyentuh dan menjadi kematian bagi yang mengkhianati nya.