BAB 3

69 5 0
                                    

  "apa yang kau lakukan? " tanya Arzan yang sedari tadi melihat Devano sibuk dengan bahan bahan dapur. Devano yang mendapat pertanyaan dari Arzan hanya menatap malas ke arah nya.

apa dia bodoh? sudah tau dia sedang memasak masih saja ditanya. ck apa teman nya itu menciptakan karakter dengan kebodohan yang ta terhingga. dasar menyebalkan. back to topik.

Devano menatap malas ke arah Arzan lalu melewati nya begitu saja, ia juga melihat ketiga teman Athariz yang terkejut saat ia tiba tiba keluar. namun ia juga tetap ta memedulikan keberadaan mereka dan kembali ke kamar nya.sementara Arzan, farel, davin dan vino yang melihat itu semakin bingung, apa yang terjadi dengan Devano.

Setelah lama melamun dengan isi pikiran mereka masing masing, akhirnya mereka segera bubar dan sibuk dengan apa yg mereka lakukan tadi.

beralih ke arah Erlangga yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Devano ntah sejak kapan tercetak sebuah senyum tipis di wajah nya. Sementara Devano tengah makan sembari memikir kan apa yang akan ia lakukan di dunia novel sialan ini terlebibh ia sudah mulai sekolah untuk besok. aish merepotkan kan.

"hm.. lo yang udah bawa gw kesini, jadi gw yang bakal nguasain sepenuh nya tubuh milik lo 'vano' "ucao Devano sembari menatap wajah nya di pantulan cermin dengan senyuman yang mengerikan ntah lah apa yang sedang ia pikirkan yang pasti author sendiri saja tidak tau.ya setelah selesai makan Devano turun kembali untuk mengembalikan piring dan gelas yang ia ambil tadi.

Sebenar nya Devano bisa saja menyuruh maid untuk mengembalikan piring milik nya, namun sebelum ia melakukan itu ia mendapat pesan dari teman pemilik asli tubuh ini. pesan apa? ya sebuah pesan yang bertuliskan 'Vano lo cepet kesini, markas lo di serang sama gang sebelah'. aiss ingin sekali ia mengabaikan pesan tersebut tapi ntah lah ia memiliki ide cermelang untuk melampiaskan kekesalan nya sejak 4 hari yang lalu kepada musuh yang menyerang markas milik nya saat ini.

Devano sudah selesai menaruh piring milik nya dan sudah memakai jaket yang ntah bergambar apa tapi yang pasti itu adalah lambang geng milik nya. Devano segera berjalan keluar ke arah garasinya. dia mendapati beberpa motor sport berwarna hitam dan satu motor harley, ya sudah pasti itu milik nya karena pemilik asli tubuh ini sangat suka mengkoleksi motor seperti itu dan termasuk motor balap. kini Devano sudah menaiki motor sport berwarna hitam milik nya dan pergi meninggalkan perkarangan mansion nya.

   Setelah cukup lama berkendara akhirnya Devano sampai di sebuah tempat yang cukup besar tapi sangat berantakan dengan beberapa senjata serta motor yang sudah terjatuh di depan nya. huft.. seperti akan ada pertunjukan bagus jika ia masuk kedalam tempat yang bisa di bilang markas milik nya. Dengan santai Devano turun dari motor nya dan berjalan ke dalam markas nya.

Sementara di dalam markas sudah terlihat beberapa orang yang di kepung oleh 15 bahkan sampai 20 orang dengan membawa senjata masing masing seperti pisau dan tongkat bisbol. sementara yang sedang di kepung hanya berjumlah 3 orang dan yang pasti mereka adalah anggota inti dari 'black quick' geng yang di ketuai oleh Devano.

"sialan... vano belum datang juga" umpat salah satu dari ketiga orang tersebut dengan wajah yang terluka dan sedikit babak belur.

"ck lo sih malah nelpon dia, kan bisa orang lain" saut pemuda yang ada di sebelah nya, sementara pemuda yang ada di sebelah nya lagi hanya diam sembari mencari celah untuk kabur. Siapa mereka? ya mereka adalah teman Devano sekaligus anggota inti black quick. mereka bernama Evan, Yoga, dan fendrik yang sedari tadi diam mencari celah untuk kabur.

"ck ck ck.. mana ketua kalian? " ucap salah satu anggota yang mengepung mereka dengan tatapan remeh ke arah mereka. Sementara ketiga orang yang mendapat tatapan seperti itu semakin marah dan kesal tapi apalah daya waktu sedang ta memihak mereka.

"sialan lo ngeroyok kita bangsat" marah Yoga menatap orang tersebut.

"pftt.. kalian ha-" ucapan orang tersebut terpotong ketika mendengar suara langkah kaki memasuki ruangan mereka. siapa? ya siapa lagi jika bukan Devano sang ketua dari black quick.
Semua atensi terahlikan ke arah nya, Devano yang mendapat tatapan dari mereka hanya acuh dan cuek ta menunjukkan ekspresi apapun.

"berani ya lo? " lanjut pria tadi yang ta lain adalah Felix Ketua dari geng yang bernama 'Allstar' yang tengah mengepung nya. Devano hanya menatap nya datar dan berjalan ke arah nya dan-

bugh

Satu pukulan tepat mendarat ke tengkuk Felix dengan keras dan berhasil membuat nya kehilangan kesadaran. semua orang yang melihat hal tersebut tercengang dan menatap tidak percaya ke arah Devano.

"hm? kenapa? " tanya Devano lalu tanpa babibu mulai memukul anggota Allstar satu persatu dan mereka juga mulai menyerang Devano secara bersamaan tapi ntah mengapa Devano sangat sulit untuk di taklukkan oleh mereka. Hingga pertarungan sengit mulai terjadi dan ketiga anggota Devano hanya bisa menatap ta percaya ke arah nya.

10 menit berlalu dan Devano berhasil membuat para musuh nya ta sadarkan diri dengan beberpaa luka lebam di tubub mereka. lalu ia menatap ke arah teman teman nya dengan raut wajah datar bahkan tanpa ada luka sekalipun.

"jelasin" ucap Devano dengan nada dingin lalu duduk di sebuah sofa yang sudah di sediakan disana. Yoga, Evan, dan Fendrik kembali sadar dari lamunan mereka lalu segera berdiri dan sedikit terhuyung.

"lo beneran? vano? " tanya Yoga menatap bingung ke arah nya, sementara Fendrik dan Evan juga sama.
bukan nya menjawab Devano menatao mereka cuek dan malas, ya mood nya sedikit membaik karena bisa melampiaskan kekesalan dari seminggi lalu dengan menghajar bocah bocah ingusan ini.

(lo juga masih bocah kocak 😭)

"ekhem.. mereka tiba tiba menyerang markas kita dan aku belum tau apa tujuan mereka untuk menyerang kita" jelas Fendrik yang kembali sadar dari lamunan nya, begitu pula dua orang yang masih sibuk dengan pikiran mereka masing masing.

"hm" hanya sebuah deheman yang mereka dapat dari Devano. hanya 'hm' doang? what mereka tadi hampir ya itulah, tapi what? bahkan raut waiah khawatir pun tidak ada di wajah. kini Yoga yang membuka suara nya.

"lo kemana aja ga masuk selama 4 hati? " tanya yoga yang mendapat anggukkan dari kedua teman nya meminta penjelasan dari Devano.

"sakit" jawab Devano singkat, lalu kembali bermain ponsel.

"lo yang bener a-





ExtrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang