BAB 9

115 7 0
                                    

    

       "apaan mak lampir diem aja napa, kaya bagus aja suara lo" kini Yoga yang berbicara dan menatap sinis ke arah Chalista.

"lo bisa diem gak sih" ucap vino menatap malas ke arah Yoga. sementara yoga beralih menatap ke arah vino.

"serah gw anjing, mulut mulut gw" sewot yoga.

"santai napa!!" kini vino tersulut emosi dengan nada bicara yoga.

"bacot! mau santai apa kaga serah gw lah! " yoga ta mau kalah dengan nada bicara vino.

sementara Davin, farel dan Erlangga hanya menyimak perdebatan mereka berdua begitu pula Fendrik dan evan.

sedangkan kedua orang yang sedari tadi beradu tatap dalam diam yang bukan lain adalah Devano dan Athariz. mereka beradu tatap tanpa ada sepatah kata pun.Devano mulai bosan dan malas dengan suasana ini, ia memutuskan kontak mata terlebih dahulu lalu membuang rokok nya.

"apa rencana lo kali ini?" tanya Athariz secara tiba tiba.

Devano mengernyit bingung dengan pertanyaan aneh dari bocah di depan nya ini, huft.. drama apa lagi ini .

"lo ngerencanain sesuatu kan dengan merubah sikap mu agar dapat perhatian dari ayah dan keluarga besar maheswara" ucap Athariz dengan tawa sinis nya.

"huh? sejak kapan? " jawab Devano dengan tatapan dingin dan terkesan malas.

"maksud lo? " kini Athariz yang kebingungan dengan pertanyaan Devano.

Devano menatap Athariz dengan senyum sinis.

"Devano galan maheswara seorang anak yang ta di anggap oleh keluarga nya bahkan sering menjadi bahan pelampiasan amarah keluarga nya, bahkan dia pernah mengemis bahkan mengorbankan nyawa nya agar mendapat kasih sayang dari mereka, namun apa yang ia dapat kan? " jelas Devano menatap dingin ke arah Athariz.

Athariz terdiam dengan ucapan Devano, ada perasaan aneh dalam tubuh nya marah, kesal, bingung semua menjadi satu.

"hanya sebuah luka dan cacian dari mereka yang di sebut ' keluarga' " ucap Devano menekankan kata terakhir nya lalu pergi begitu saja.

ntah ia lupa atau ta peduli tentang keberadaan teman teman nya serta teman Athariz yang terdiam mendengar ucapan Devano tadi.

rooftop menjadi sunyi dengan mereka yang sibuk dengan pikiran masing masing karena ucapan Devano barusan.

"w-woi kita harus nyusul vano" ucap Evan membuyarkan lamunan mereka semua. lalu dengan cepat Fendrik dan Yoga keluar dari rooftop dan meninggalkan Athariz and the geng dan jangan lupa kan chalista yang ikut terdiam dengan ucapan Devano.

            

        Sedangkan Devano kini sudah mengambil tas milik nya dan meninggalkan area sekolah, ya dia bolos. sebenar nya ia masih ingin berada di sekolah ini lebih lama namun gara gara bocah sialan itu ia menjadi malas dan mood nya rusak begitu saja. ah mungkin karena perasaan asli tubuh ini ia jadi terbawa.

ia berkendara dengan kecepatan di atas rata rata, sembari menikmati angin yang menerpa tubuh nya. namun hal itu berakhir dengan cepat ketika sebuah pemuda yang mungkin seumuran dengan nya tengah menyamai kecepatan kendaraan nya. pemuda tersebut menoleh ke arah Devano lalu melajukan kecepatan nya.

Devano sedikit merasa tertantang dan mulai melaju kencang untuk mendahului kecepatan pemuda yang seperti nya mengajak nya untuk balapan sejenak.

Devano dengan muda menyamakan posisi kendaraan mereka, lalu sedikit kejahilan kecil. Devano mengulurkan tangan nya lalu melambai dan dengan cepat ia melaju mendahului pemuda tersebut. sementara oemuda tersebut tercengang dengan kecepatan Devano.

ExtrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang