BAB 4

59 5 0
                                    

      "sakit" jawab Devano singkat, lalu kembali bermain ponsel.

"lo jangan main main sialan, kita hampir mati gara gara lo! " kesal Evan sembark menatap nyalang ke arah Devano begitu pula dengan Yoga yang menatap kesal ke aran Devano. Lalu bagaimana dengan Fendrik? ya dia juga kesal namun dia ta mungking melupakan kejadian barusan yang dengan sekejap Devano melumpuhkan para lawan nya dan juga sudah membantu mereka.

kini kembali ke Devano yang berhenti bermain ponsel nya dan menatap mereka dingin dan malas. ntah mengapa ia merasa kesal dengan nada bicara teman nya itu.

"ulangi sekali lagi" ucap Devano dengan nada dingin dan menatap mereka dengan tatapan datar dan malas. mereka yang mendapat tatapan dari sang ketua hanya bisa diam. huft.. sangat menyebalkan ia terpaksa datang karena pesan dari mereka, tapi malah tidak menerima tanda terimakasih dari anggota nya ini, sungguh sialan bukan?.

Suasana menjadi canggung dan tanpa ada yang ingin memulai pembicaraan sama sekali. Mereka bertiga diam cukup lama sembari memperhatikan ketua mereka yang sedang sibuk dengan ponsel nya. suasana apa ini? sangat menjengkelkan kan, tapi mereka ta bisa berbuat apa apa.

Setelah lama terdiam akhirnya Devano membuat pergerakan dan berdiri dari tempat duduk nya dan berjalan keluar dari markas milik nya yang sudah acak acakan ini. Fendrik yang melihat Devano segera memegang pergelangan tangan nya.

"mau kemana?" tanya Fendrik.

  Devano yang merasa tertahan menatap kearah Fendrik dengan tatapan dingin milik nya. Fendrik yang ditatap seperti itu kembali bingung. Tatapan apa itu? kenapa seperti melihat kan kekosongan? apa ini tatapan ketua mereka? bukan kan? apa yang terjadi selama ia ta ada?. Sibuk dengan pikiran nya sendiri,tanpa sepengetahuan Fendrik. Devano sudah melenggang pergi dengan motor nya.

"co?! lo biarin Vano pergi gitu aja! " bentak Yoga yang berhasil membuyarkan lamunan Fendrik. Fendrik yang sadar dari lamunan nya menjadi linglunh sejenak lalu menyadari kepergian Vano.

"ah maaf aku melamun tadi" jelas fendrik yang mendapat tatapan sinis dari yoga. sementata Evan ia sibuk membereskan tikus tikus sampah ini.

"bantu lah peak! lo kira jumlah mereka dikit gitu sampe gw bisa sendiri ngangkat nya! " teriak Evan yang mendapat kekehan ringan dari Yoga.

"woi santai bang, kita kan ndak tau" ucap nya lalu segera membantu teman nya itu untuk menyeret keluar para musuh nya ini.

                              °°°°°°°

     Keesokan pagi nya, tepat pukul 07:00 pagi Devano baru bangun karena kelelahan akibat kemarin, ntah mengapa tubuh yang ia tempati ini sangat lemah. Hanya karena bertarung sebentar kemarin sudah membuat tubuh nya lelah sampai tertidur saat pulang. huft.. mungkin ia harus giat olahraga walah rasa malas nya 100% untuk melakukan itu.

Devano segera bersiap siap karena ia sudah terlambat untuk berangkat sekolah, setelah 10 menit berlalu akhirnya Devano sudah siap dan segera berangkat ke sekolah. Devano mulai menuruni tangga dan sesuai dugaan ruang makan sepi dan semua sudah berangkat untuk sekolah dan pergi bekerja, sementara dirinya? ya santai lah nama nya juga hidup :\ .

Devano segera pergi ke garasi dan berangkat menggunakan motor sport nya seperti kemarin. ya selama perjalanan semua berjalan baik bajk saja dan ada sedikit kendala seperti macet tapi untung nya Devano bisa melewati nya dengan mudah. Dan ia sampai di sekolah tepat jam 07:50 ya sedikit telat, DIKIT!!!

(lo telat banget Dev masih di bilang dikit  )

Devano sebenar nya tidak di perbolehkan masuk tapi karena ia ta peduli dengan satpam yang menjaga pintu gerbang tersebut dengan santai ia melewati nya begitu saja seperti tiada beban sama sekali. nyebelin ya si vano, open noyor dia nih.

kini ia berjalan menyusuri lorong dengan santai sembari mencari letak kelas nya, setelah lama berjalan akhirnya ia sampai di depan kelas nya dan disana sudah terlihat seorang guru yang tengah mengajar. Devano segera masuk dan mendapat tatapan dari para siswa yang ada di kelas nya.

"vano kamu telat ? " tanya guru yang sedang mengajar, panggil saja dia pak irkam guru mtk yang cukup killer. Devano yang mendapat pertanyaan aneh dari gurunya hanya mengdengus malas. huft.. sudah tiga kali ia mendapat pertanyaan bodoh seperti itu,apa mereka buta sampai ta bisa melihat ke adaan dengan benar?.

"ya" jawab singkat Devano.

"ck..kau tidak pernah berubah ya! sekarang kerjakan soal di depan ini baru kau boleh duduk" sentak pak irkam menatap Devano dengan kesal. Devano juga menatap kesal ke arah guru nya tersebut dan dengan cepat menjawab beberapa soal yang sangat mudah baginya dan -

"selesai, bolehkan saya duduk? " ucap Devano lalu tanpa mendengar jawaban sang guru ia dengan segera berjalan dan duduk di bangkunya. pak irkam terdiam ketika mengoreksi jawaban Devano yang benar semua tanpa ada salah sedikitpun. kini pak irkam menatap Devano dengan tatapan kagum tapi juga aneh.

"ekhem jawaban mu benar semua vano, kau boleh duduk sekarang" ucap pak irkam sedikit canggung lalu segera melanjutkan pelajaran dan memberikan materi yang ia berikan tadi. sementara para siswa menatap nya dengan pandangan berbeda beda. apa? dia beneran Devano kan? tapi kenapa? ada yang berbeda?. itulah yang ada di pikiran mereka masing-masing. Sementara yang mendapat tatapan tersebut hanya acuh dan tidur. Tidur? ya tidur di dalam kelas.

   Akhirnya jam pelajarang kembali berlangsung dan semua berjalan dengan baik sampai bel istirahat beebunyi dan membuat Devano terbangun.

"Silakan beristirahat dengan baik dan benar, kalian memiliki waktu 20 menit untuk istirahat jadi bersenang senang lah~~"

  Huft... bel sialan. ya itulah yang ada dalam pikiran Devano saat ini, ia segera bangun dan menatap ke arah jendela. ntah mengapa ia masih belum terbiasa dengan hal ini. aneh? ya satu kata untuk nya.

(author capek... semua menyebalkan semua kaya sialan, huhu.. :/ )


ExtrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang