BAB 13

45 3 0
                                    



      Keesokan pagi nya, devano ta berniat untuk keluar kamar sama sekali, ia begitu malas untuk melihat muka pak tua yang berani menampar nya kemarin. ah dia muak dengan kehidupan nya, ta ada beda nya sama sekali.

Apa ia ta pantas bahagia? atau mendapat kasih sayang? lalu apa guna nya ia di lahirkan? jika dunia saja ta adil untuk nya. bahkan kata bahagia sangat sulit untuk nya. ia sudah muak dengan kehidupan nya, ta pernah ada hal spesial atau pun hal menyenangkan yang menarik perhatian nya. ia seperti hidup tapi mati, ada namun tiada.

"sial, gw muak sama kehidupan gw"ucap devano dengan senyum getir, ah ingin rasa nya ia menghilang saja dari dunia ini. ia seperti angin lewat yang ta ada guna nya sama sekali. ntah apa yang ada di benak pikiran devano, hingga ia ta sengaja melihat sebuah silet yang ada di meja belajar nya.

ia mulai berdiri dan mengambil silet tersebut, ia menatap nya lama ntah apa yang ia pikirkan sekarang.

" apa gw menghilang aja dari dunia ini?" ucap Devano ia mulai mendekat kan benda tajam tersebut ke tangan nya di mana letak nadi nya berada sampai-

tok
tok
tok

Suara ketukan kembali menyadarkan nya dan dengan segera ia melemparkan silet tersebut.

"argh sadar devano! apa yang kau pikirkan hingga hampir melakukan tindakan bodoh ini" marah devano pada dirinya sendiri. ah kenapa ia tiba tiba menjadi bodoh?! dan hampir berbuat hal seperti tadi! ah sial.

"tua muda, anda di panggil tuan Agra untuk segera turun" ucap maid yang berada di luar kamar devano, untung saja kamar milik nya kedap suara, jadi teriakan nya ta terdengar siapa pun.

"hm aku akan turun" ucap devano dari dalam, lalu di angguki oleh maid tersebut dan pergi.

Devano sedikit mendengus dan ia segera turun untuk menemui pak tua tersebut. setelah turun dapat Devano liat ada Agra dan Gavin yang tengah duduk di sofa dan di temani oleh kirana.

Setelah menyadari kedatangan devano, Agra segera menatap datar putra nya itu.

"kemana kau kemarin? " tanya agra menatap tajam ke arah Devano.

"aku ada urusan"Jawab devano santai.

"urusan apa? apakah itu penting sampai kau pulang malam seperti kemarin? "tanya agra sekali lagi.

"ya"jawab devano.

" apa kau masih berteman dengan mereka? apa kau menjadi pembangkang karena mereka? "lanjut Agra.

" itu bukan urusan anda"jawab devano mulai menatap kesal ke arah Agra.

"itu urusan ku! jangan pernah kau berbicara seperti itu lagi Devano galan maheswara! " nada bicara Agra semakin tinggi. belum juga devano menjawab Agra sudah melanjutkan perkataan nya.

"kenapa?! kenapa kau susah di atur Vano! kau semakin kurang ajar dan berani membangkang! apa itu sikap mu menjadi anak! hah!! " Agra semakin emosi.

Kirana segera berdiri dan menenangkan Agra yang sudah emosi.

"tenang sayang... itu hanya kenakalan kecil Devano" ucap kirana dengan nada lembut nan hangat.

"diam kirana, anak sialan seperti dia harus di beri pelajaran! sungguh aku menyesal mempunyai anak seperti nya! " ucap Agra menatap hina ke arah Devano.

Sementara Devano merasakan perasaan aneh di tubuh nya, ia merasa sesak di dada nya ntah kenapa emosi nya mulai membuncah. mungkin ini perasaan asli pemilik tubuh ini. ah sialan... ia juga ikut kesal dengan ucapan Agra.

"saya tidak meminta untuk di lahirkan, lalu jika anda menyesal mempunyai saya kenapa tidak membunuh saya saat baru lahir?" kini Devano bersuara membalas ucapan Agra.

Plak!

sebuah tamparan kembali mengenai pipi devano, ia merasakan perih serta sakit karena suduk bibir nya yang berdarah. ah ia muak dengan situasi seperti ini.

"jaga ucapan mu Devano!! " kini Agra mulai naik pitam dan tanpa aba aba menendang tepat pada perut devano.
Devano yang masih belum siap, harus tersungkur karena tendangan Agra yang cukup kuat. ah sakit.. ya itu yang ia rasakan sekarang.

"hentikan Agra.. tenangkan diri mu dulu kumohon" kini kirana mulai khawatir dengan Devano yang mulai tersungkur.

"ayah tenangkan diri ayah dulu" Gavin juga mulai menenang kan agra.

"tidak! anak tidak sopan ini ha-"

"anak, anak, ANAK!! SEJAK KAPAN LO NGANGGAP GW ANAK BANGSAT!! sejak kapan gw bagian dari keluarga kalian!! gw muak! gw muak selalu jadi bahan amarah kalian dan gw ga pernah ngelawan!! "

"gw.. gw selalu berharap kasih sayang dari kalian, meskipun itu hanya sedikit.. namun apa yang kalian berikan? HANYA RASA SAKIT DAN PENDERITAAN YANG KALIAN BERIKAN!! AGRH SIALAN!! " Devano benar benar marah semua perasaan serta unek unek tubuh asli nya mulai ia keluarkan, ia mulai terbawa. ntah kenapa ia merasa mulut nya tercekat dan mata nya yang mulai buram menahan air mata agar ta terjatuh begitu saja.

"lo nyesel kan punya anak kek gw? kenapa ga bunuh gw aja sekarang!!? BUNUH GW!! BUNUH!! JANGAN SIKSA GW BANGSAT! DENGAN MENGABAIKAN KEBERADAAN GW!! GW KAYA MAYAT HIDUP TAU GAK!! GW MUAK BANGSAT!! " ah sudah devano mulai terbawa.

kini gavin, kirana dan Agra terdiam mendengar semua ucapan Devano.

"gw juga manusia.. perlakuin gw kek manusia bangsat! gw punya perasaan... gw udah mencoba menjadi terbaik, bahkan mencoba mendapat perhatian dari kalian... bahkan rela ngemis ngemis dan sujud ke kalian, tapi apa yang ku dapat? HANYA SEBUAH SIKSAAN DAN MAKIAN DARI KALIAN!! MANUSIA EGOIS DAN TA BERPERASAAN PADA ANAK SENDIRI!! "

"Gw capek... lo pengen gw hilang aja kan dari dunia? " kini Devano mulai ngelantur dan dia mengambil sebuat vas bunga dan-

pyarr!!

devano memecah kan vas tersebut dan mengambil serpihan vas tersebut. tanpa ragu devano berjalan mendekat ke arah Agra dan menginjak serpihan vas tersebut hingga kaki nya mengeluarkan darah.

Kirana mulai menangis melihat keadaan Devano yang kacau, apa ia gagal menjadi seorang ibu bagi anak nya??.

sementara gavin mulai memeluk kirana dan menatap Devano dengan perasaan sedih, bersalah, semua menjadi satu.

kini Devano tepat di depan Agra, dan ia menyodorkan serpihan vas tersebut tepat di depat agra.

"bunuh aku, kau menyesal mempunyai anak seperti ku kan? ayo bunuh aku.. kau punya kesempatan untuk menghilangkan ku dari keluarga ini" suara lirih terdengar dari mulut devano. agra ta bisa berkata apa pun ia masih terdiam dan memikirkan ucapan Devano tadi. apa ia gagal dalam peran seorang ayah.

Devano meremat serpihan vas yang ada di tangan nya, karena ta mendapat respon apapun dari Agra.

"maaf.. " itu lah kata yang Devano dengan dari mulut agra, namun apalah daya ia sudah ta peduli lagi dan pergi menuju kamar nya.

kini tinggal Agra, kirana, dan Gavin yang mematung dengan kejadian barusan. ah apa mereka terlalu kejam kepada Devano. sejahat itu kah mereka??.

(ya lo pikirin bego, jangan goblok)

"va-vano putra ku... " kirana kini menangis sembari menatap bercak darah devano yang tertinggal karena pecahan vas bunga.

"a-aku gagal menjadi ibu bagi putra ku.. vano dia membutuh kan pelukan ku.. " kirana menangis ta bisa menahan rasa bersalah serta kecewa dengan diri nya sendiri.

Agra dengan segera memeluk kirana.

"tenang sayang.. ini semua salah ku" ucap Agra berusaha menenangkan istrinya.

Gavin terdiam terpaku perasaan bersalah, kecewa, marah, sedih semua menjadi satu. ah ia gagal menjadi seorang kakak? apa ia menjadi kakak yang buruk?....

ExtrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang