BAB 2

76 5 2
                                    

     "kenapa kalian nolongin gw? bukan kah sudah benar aku mati disana" ucap Devano yang berhasil memotong perkataan Athariz dan membuat mereka semua terdiam.

mereka terdiam cukup lama, ada perasaan aneh dalam diri mereka ketika Devano mengatakan hal seperti itu. dimana tutur kata lembut nya? dimana wajah takut nya ketika berurusan dengan mereka? kenapa ia berubah?. ya pikiran mereka berkecamuk mengebai Devano.

"pergi" ucap Devano menatap mereka dingin dan malas.

"lo berani ngusir ki-"

"pergi" ucap Devano sekali lagi dan semakin menatap dingin ke arah mereka. Sementara Athariz yang sudah dua kali di potong perkataan nya hanya bisa mendengus kesal lalu pergi, dan begitu pula Agra ,Gavin, dan Arzan yang menatap aneh ke arah nya lalu melenggang pergi menyusul Athariz.

Dan yah tinggal Arshen saja yang ada di ruangan nya, ruangan kembali tenang dan sepi. Ia menghela nafas lega lalu menatap keluar jendela.

"Devano galan maheswara.. nama kita hampir sama tapi hanya berbeda marga saja. Tunggu? maheswara? seperti tidak asing dengan nama ini" batin  Devano baru menyadari nama yang familiar bagi nya. Arshen yang melihat ke anehan tuan nya hanya bisa menatap penasaran.

"kenapa tuan? anda merasa tidak nyaman" tanya arshen yang hanya mendapat tatapan datar dari Devano. Wah tuan nya berubah ya? biasa nya dia akan tersenyum dengan ramah, tapi apa ini? bahkan seutas senyuman pun tak ada. bahkan mata nya saja hanya mencerminkan kekosongan dam kegelapan yang hampa. Ada apa dengan tuan nya? kenapa bisa berubah? atau karena benturan dikepala nya? atau-

"keluar"

Suara dingin milik Devano berhasil membuyarkan lamunan arshen, dan ia dengan patuh segera keluar. Karena ia masih ingat tatapan tuan nya tadi yang mengatakan tidak ingin mengulangi kata kata nya sampai dua kali.

Setelah kepergian arshen, Devano segera berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi yang ada di ruangan nya. Ya luka yang di alami oleh pemilik tubuh asli ini cukup parah bagi sebagian orang, tapi bagi Devano ini hanyalah luka kecil. Memang nya ia terluka seperti apa? mungkin beberpa anggota tubuh nya seperti tangan, pundak, dan kepala tengah di perban. Karena luka gores serta benturan yang cukup keras di kepala nya, mungkin karena jatuh dari motor dan terpelanting cukup keras di aspal.

                   back to topik

Kini Devano tengah melihat wajah nya di pantulan kaca kamar mandi, ia sudah beridiri disana sekitar 30 menit lama nya. Kenapa lama sekali? ya karena setelah lama ia berkaca ia baru sadar bahwa nama, tubuh, bahkan dunia yang sedang ia tempati adalah sebuah novel karangan milik teman nya. ck kenapa ia harus masuk ke dalam novel siala milik teman nya? terlebih ia hanya menjadi karakter sampingan yang mati dengan tragis karena ulah nya sendiri. sangat sial.

"pantas nama nya ta beda jauh dari mana ku, dasar sialan" umpat Devano menatap jengkel ke arah wajah nya sendiri. Meskipun hanya karakter sampingan,pemilil tubuh asli ini bisa di bilang cukup tampan atau sangat tampan? ya begitulah tapi karena kenakalan yang ia perbuat, ketampanan yang ia miliki mungkin sudah hilang. Karena tertutup oleh kenakalan nya.

"teman sialan sudah benar aku mencekik mu saja sampai mati" gumam Devano, ya dia masih ingat ketika teman nya yang bernama Evan sang penulis terkenal. Mengenal kan sebuah novel yang berjudul 'happiness for you' yang menceritakan seorang gadis yang berasal dari keluarga terpandang namun ta pernah mendapat kasih sayang dari keluarga nya, bisa di bilang dia bukan anak yang di anggap ada. dan sudah pasti ada tokoh protagonis yang akan mendapingi nya dan bla bla bla bla.

Devano sungguh malas dengan novel yang di buat teman nya, kenapa selalu tentang itu lah,apalah.Terlebih kenapa karakter sampingan yang di buat nya harus mirip dengan nama nya? apa ia memilik dendam kesumat dengan Devano hingga membuat karakter tersebut mati? haiss sudah lah ia malas menanggapi semua ini. lebih baik ia tidur dan fokus untuk menunggu tubuh ini sembuh.

                              •••••••

    Empat hari berlalu semenjak Devano di rawat dirumah sakit, kini ia sudah keluar dan tengah berada di ruang tengah mansion maheswara dengan ada nya Agra,Gavin dan yah seorang wanita yang sudah berumur tapi masih keliatan muda nan cantik. Siapa lagi jika bukan Kirana zilana aulyandra ya dia adalah nyonya sekaligus ibu dari Devano, bisa kita panggil kirana.lalu dimana Arzan dan Athariz? ya mereka berdua keluar dengan teman mereka masing masing. back to topik

Devano yang mendapat tatapan dari ketiga orang tersebut hanya menatap acuh dan kembali fokus dengan ponsel milik nya.

"vano apa kau tidak ingin menjelaskan apa yang sudah kau lakukan sampai berakhir di rumah sakit? " ucap Agra menatap putra nya dengan raut datar.
Sementara gavin dan kirana masih diam memyimak keadaan yang sedikit suram ini.

"buat? " ucap Devano dengan wajah malas dan ta kalah datar dari sang ayah.
Agra yang ingin membuka suara kembali terhenti ketika mendengar ucapan Devano.

"bukan nya itu hal yang tidak penting untuk kalian, lagian apa kepedulian kalian untuk ku? " ucap Devano lalu segera melenggang ke kamar.sementara mereka yang mendengar ucapan vano hanya bisa diam terpaku menatap kepergian nya.

"dia berubah? " batin Gavin melihat adik nya yang sedikit aneh? mungkin?.
Agra dan kirana hanya bisa memandang satu sama lain dengan tatapan penuh tanda tanya.

Sementara Devano tengah berbaring di kamar nya yang bernuansa hitam dan abu abu, yah untung selera mereka hampir sama tidak terlalu menyukai warna terang.

"huft.. sialan mati aja susah, yah tapi beruntung juga bisa menempati tubuh anak yang tidak di anggap ini, selebih nya nunggu kematian tiba tanpa ikut campur urusan para tokoh utama novel sialan ini"gumam Devano lalu mulai memejam kan mata.

  Waktu pun berjalan dan malam sudah tiba ntah berapa lama Devano tertidur, saat ia terbangun langit sudah gelap dan terdengar suara tawa dan canda yang berasal dari ruang tamu.

"ck.. mengganggu" gumam Devano lalu segera bangun dan membersihkan diri.
setelah selesai membersihkan diri, Devano segera memakai celana hitam panjanh dan kaos oblong berwarna putih. sebenar nya ia sangat malas untuk keluar dari kamar nya namun tubuh nya membutukan asupan makanan alias ia lapar. dengan sedikit terpaksa Devano segera keluar kamar dan menuruni tangga untuk berjalan ke dapur.

Sementara suara canda tawa tersebut berasal dari teman teman Athariz yang tengah berkumpul di ruang tamu. mereka terdiri dari 5 orang yang bernama Erlangga, davin, vino,farel, dan Athariz yang menjadi pelengkap mereka.

"tumben? " ucap Davin yang mendapat tanda tanya dari mereka berempat.

"tumben maksut lo? " tanya farel menatap Davin dan ketiga orang yang sudah di wakilkan oleh pertanyaan farel.

"tumben adik lo Devano ga buat masalah" jelas Davin yang mendapat tatapan kesal dari Athariz.

"nanya yang bener kocak, emang lo mau dia buat maslaah kok nanya kek gitu" sewot Athariz yang mendapat cengiran kikuk dari Davin.

tap

tap

tap

Antensi mereka teralihkan ketika mendengar langkah kaki dari arah tangga dan yah benar saja itu adalah Devano yang baru turun dan langsung menuju ke arah dapur tanpa memedulikan keberadaan mereka.
sementara ke empat orang tersebut menatap aneh ke arah Devano. kenapa? ya biasa nya Devano akan menatap mereka sinis bahkan memaki mereka tanpa sebab yang jelas, namun apa ini? bahkan menoleh ke arah mereka pun tidak?. Sementara Erlangga yang sedari tadi diam bermain ponsel ikut menoleh ke arah Devano. aneh? ya itu yang ada dalam pikiran nya.

Sementara Devano kini sibuk mencari makanan di kulkas dan beberpa cemilan yang akan ia bawa ke kamar.
setelah berhasil menemukan apa yang ia cari, Devano segera menaruh nya di mangkok dan mulai meracik sebuah makanan untuk nya. Devano juga menyadari bahwa sedari tadi ia di awasi oleh ke ketiga teman Athariz yang bukan lain adalah farel, davin, dan vino. Bahkan ntah apa yang mereka inginkan dari Devano yang pasti mereka sekarang sedang mengintip nya melalui pintu masuk dapur.

Sebenar nya Devano merasa risih namun ia malas untuk menanggapi mereka.setelah lama ia berkutat dengan bahan bahan dapur akhirnya masakan nya selesai dan saat ia berbalik ia mendapati Arzan yang tengah melihat nya.

"apa yang kau lakuka-

                       

ExtrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang