Areksa menatap beberapa siswa yang mungkin berbeda beberapa tahun darinya sampai ia ta sengaja bersitatap mata dengan pemuda dengan kemeja putih serta dasi hitam saja berbeda dengan siswa lain yang memakai kemeja serta jas lengkap tanpa terkecuali.
"siapa dia ayah? " tanya areksa kepada seseorang yang memiliki perawakan lebih tua dari nya.
"siapa nak? " tanya orang tersebut.
"pemuda yang memakai kemeja putih dan hanya mengenakan dasi hitam sebagai tambahan saja" ucap Areksa yang mendapat anggukan dari orang yang di panggil ayah olehnya.
"hm.. dia devano jika tidak salah" ucap orang tersebut.
Kenalin nih member baru kitachh, ayah dari Areksa sekaligus pemilik sekolah OA. ARGENTA DEWANTARA. dan di panggil dengan nama tuan Argenta.
back to topik
"dia memiliki penampilan yang berbeda dari yang lain" ucap Areksa.
"maksud mu? " tanya Argenta.
"lihat lah, yang lain memakai kemeja serta dilengkapi oleh jas mereka masing masing dan beberapa aksesoris yang melekat di pakaian mereka" jelas Areksa.
"lalu apa yang membedakan? " tanya Argenta yang masih belum paham ucapan putranya.
"huft...pemuda yang kau sebut Devano tadi kan? dia hanya mengenakan kemeja serta dasi saja" ucap Areksa.
sementara Argenta hanya mengangguk saja dan beralih memperhatikan Devano yang tengah sibuk dengan dunia sendiri.
Kembali ke devano yang sedari tadi menyadari sedang di perhatikan oleh kedua orang yang menurut nya memiliki wajah yang menyebalkan.
ah ia menyesal menyetujui untuk ikut menghadiri pesta ini, ta ada informasi apapun yang ia dapat hanya membuang waktu berharga nya saja. lebih baik ia tidur dan berkutat dengan laptop milik nya untuk mencari informasi yang lebih wah daripada harus datang ke pesta sialan ini.
"pintu keluar nya dimana? " tanya Devano ke Fendrik.
Fendrik menoleh ke arah nya dengan sedikit heran.
"mau ngapain emang? " tanya nya.
"pulang" jawab devano.
"why ini baru mulai bro dan li mau pulan-"
"dimana" tanya Devano ta ingin mendengar celotehan makhluk di depannya ini.
Fendrik hanga bisa mendengus kesal lalu menunjuk di mana arah pintu keluar. Devano mengangguk dan melenggang pergi meninggalkan teman teman nya.
menyadari devano yang hendak pergi, evan segera mencengkal lengan devano.
"mau kemana lo? " tanya evan menatap heran ke arah Devano.
Devano segera menepis tangan evan.
"pulang" ucap nya singkat lalu tanpa babibu devano segera melenggang pergi ta menghiraukan beberapa tatapan terhadapnya.
"ck dia tetap kurang ajar seperti dulu"
"ck buruk mah tetep buruk"
"dia tu cari muka makanya ga buat ulah"
"udah diem nanti dia dengar"
"pfftt.. peduli gw apa coba"
"biarkan saja, mau dia dengar atau tidak"
banyak sekali bisikan mengenai devano, tapi ia ta begitu memedulikan bisikan sampah mereka. dasar manusia bodoh atau taberakal? mereka hanya bisa melihat dengan telinga tidak dengan mata mereka sendiri.
Devano sudah keluar dari gedung tersebut dan mulai berjalan menuju tepat dimana motor milik nya di parkirkan.
"huft... menyebalkan" gumam devano pelan, sebenarnya ada perasaan kesal pemilik asli tubuh ini tentang bisikan orang orang bodoh dan sok tau hidup nya. huft... mungkin bernafas juga salah di mata mereka.
"pfftt... dasar hidup" ucap Devano dengan kekehan ringan.
ah dosa apa yang sudah ia lakukan sampai ia harus menjalani kehidupan seperti ini. oh apa kehidupan tengah bermain dengan jiwa nya? atau ini karma untuk nya? ah ntah lah ia ta ingin memikir kan hal itu lagi.
Devano sudah menaiki motor milik nya dan segera memakai helm, jaga jaga untuk keselamatan. setelah menyalakan motor milik nya, devano segera melenggang pergi ta ingin lama lama di tempat aneh ini.
kembali ke teman teman Devano yang masih stay di acara yang masih berjalan.
"kesel gw denger ucapan siswa siswa lain tentang devano" kesal Evan yang tadi sempat mendengar bisikan mengenai teman nya.
"hm.. gw juga" saut yoga sembari meminum segelas jus anggur.
sementara Fendrik hanya menyimak mereka berdua tanpa ada niat untuk ikut membuka suara. suasana kembali hening ta ada yg memulai pembicaraan lagi, hanya terdengar suara tawa dan dentingan gelas di sekitar mereka bertiga.
"huft... bosen ga ada devano" kini evan membuka suara, karena merasa muak dengan keheningan ini.
"lo bosen? " tanya yoga.
"ya? lo ada ide ga biar ga bosen? " tanya evan.
"ada" jawab yoga membuat evan sedikit bersemangat.
"apa itu?? "tanya evan.
" terjun dari menara Eiffel "jawaban yoga membuat evan semakin menekuk wajah nya.
" jelek bet anjir"ejek yoga.
"anjing bisa bisa nya punya temen kek loee, jahat lo~" ucap Evan lalu merangkul lengan fendrik dengan gerakan manja manja bangsat, eaaa canda.
"fendrik liat~yoga jahat sama akyuu~huhu sedih nich, ih syebell" ucap evan dengan dramatis dan sesekali menatap yoga sinis.
"bukan temen gw" ucap fendrik membuat yoga tertawa lepas, sampai semua perhatian tertuju ke arah mereka bertiga.
Evan dengan cepat membungkam mulut yoga.
"diem bangke, malu diliatin anjir" kesal evan.
yoga segera menepis tangan evan yang tengah membungkam nya.
"basin anjir tangan lo, huekk" ceplos yoga membuat beberapa siswa yang melihat nya tertawa.
Evan yang di katai seperti itu segera menatap kesal ke arah yoga.
"iuh berarti lo jilat tangan gw ya tadi kok tau rasa nya, sori yang mungkin lidah lo yang rusak, tangan seharum dan sewangi ini di katain basin"ucap Evan dengan bangga.
beberapa siswa hanya bisa geleng geleng kepala dengan interaksi kedua orang tersebut. dan tanpa mereka sadari seseorang sudah memperhatikan mereka sedari tadi, siapa lagi jika bukan areksa.
" teman teman mu sedikit lucu"ucap Areksa yang sudah berada tepat di samping Fendrik.
"mereka bukan teman ku, aku hanya ta sengaja menemukan mereka di selokan" ucap Fendrik.
Areksa hanya tertawa mendengar jawaban pemuda di depan nya ini.
"siapa namamu? " tanya areksa.
"Fendrik, salken" ucap fendrik singkat ta ada niat untuk mengobrol lebih banyak.
"hm ya fendrik... mungkin kau sudah tau nama ku, jadi aku ta perlu memperkenalkan diri lagi" ucap areksa lalu kembali meminum segelas anggur milik nya.
"oh ya aku ingin bertanha? apa kau kenal pemuda yang bernama devano? " tanya areksa setelah beberapa saat mengingat pemuda yang sempat beradu tatap dengan nya.
Fendrik hanya mengangguk.
"aku ingin tau tentang nya, dia memiliki kesan yang berbeda dari para tamu yang ada di sini" jelas areksa lalu menatap ke arah fendrik.
Fendrik kembali memgangguk ta ingin mengeluarkan satu kata pun.
"apa kau tau tentang nya? aku ingin tau tentang devano" lanjut areksa.
"cari tau sendiri" jawab Fendrik lalu melenggang pergi meninggal kan Areksa sendiri.
"pfftt... sedikit mirip" ucap Areksa dengan kekehan ringan, lalu melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extras
Actiondevano seorang pengusaha kaya raya dan pemimpin dunia bawah ta sengaja masuk ke dalam raga anak sma yang menjadi tokoh figuran di sebuah novel?!! bagaimana cara ia untuk menghadapi situasi aneh ini??