BAB 7

58 3 0
                                    

   Akhirnya Devano berhenti dan menatap malas kepada orang orang yang menghadang nya. Dia merasa familiar dengan wajah wajah tersebut? tunggu? bukan nya mereka orang orang yang ia pukuli saat berada di markas nya? apa mereka ingin balas dendam?tapi ada beberapa wajah yang cukup asing juga bagi nya. Aih sudah lah Devano malas menanggapi.

"hei hei lo jangan ngelamun" ucap salah satu dari mereka dengan senyum sinis ke arah Devano.

Sementara Devano hanya menatap mereka malas satu persatu. si kampret! dia ingin pulang apa susah nya coba? dasar novel kebanyakan drama. Kenapa bukan tokoh utama saja yang dapat adegan kek gini? kenapa harus Devano yang hanya sebuah tokoh sampingan? sialan memang.

"apa mau lo? " tanya Devano dengan raut wajah malas dan lelah, karena ia habis meretas semua data mengenai keluarga maheswara serta vidio palsu tentang aksi bejat nya tadi. Bukan nya sudah selesai? belum ia masih belum membalas perbuatan orang sialan yang mengedit nya dalam vidio bejat seperti itu.

"pengecut" ucap Felix keluar dari rombongan mereka dan berada di depan.

"lo pengecut, masa di aja balapan ga datang sia sia dong waktu gw nungguin lo" lanjut nya.

"huh? sia sia juga waktu gw buat ngelakuin hal yang ga berguna" saut Devano lalu turun dari motor dan mendekat ke arah Felix.

"apa? mau nantang lo? pfftt.. ya kali bajingan tengik yang suka nya main ama wanita di bar malam ini berani untuk bertarung" ucap Felix dengan tawa remeh ke arah Devano.

Sementara Devano diam sejenak lalu tersenyum tapi lebih terlihat seperti seringai.

"dasar bocah, lo yang udah nyuruh orang buat ngedit wajah gw ke vidio bejat itu kan" Bisik Devano ke arah Felix. Felix terdiam mendengar perkataan Devano lalu tanpa aba aba memukul rahang Devano cukup keras.

"lo jangan asal nuduh sialan!! " marah Felix, kenapa? kenapa ia bisa tau? baru tadi pagi ia menyebarkan vidio tersebut? itu juga sangat sulit jika harus di temukan ke aslian vidio itu? bagaimana ia bisa tau? tunggu kenapa dirinya yang harus marah sekarang?.

"lo main main sama seorang Devano? " Ucap Devano sembari mengelap bibir nya yang mengeluarkan darah. aish ia yakin tubuh ini ta sekuat tubuh nya yang dulu, ia harus lebih banyak berlatih dan berolahraga untuk tubuh yang ia tempati saat ini.

Felix masih tertawa ringan dan menatap remeh ke arah Devano.

"cih yang kemarin gw lengah tapi sekarang ga akan" ucap Felix lalu mulai menyerang Devano. Devano juga ta diam ia mulai bertarung dengan Felix, ia ingin menghajar anak sialan ini karena membuat nya kesal. Devano bisa saja melumpuhkan nya dengan satu serangan tapi ia ingin menikmati suasana ini jadi ia ta bertarung dengan serius.

Pukulan demi pukulan dilayangkan oleh Felix namun semua masih bisa di hindari oleh Devano. ntah apa yang ada dalam pikiran Gelix sehingga ia nekat mengeluarkan pisau dan mengarahkan nya ke arah Devano.

srek

Devano berhasil menghindari serangan felix tapi pipi nya tergores oleh mata pisau milik Felix. ia dengan segera menendang hingga membuat Felix terdorong cukup jauh.

"lo niat bunuh gw? " tanya Devano yang kini berdiri di depan Felix.

"sialan!! lo tuh bikin wajah gw lebam kemarin dan lo juga harus ngerasain! "marah felix lalu dengan cepat ia menyerang Devano kembali.

Ais devano sudah muak, ia ingin segera pulang dan melanjutkan tidur nya! bicah sialan ini malah menghadang nya? apa dia ingin dipatahkan tangan dan kaki nya agar ta bisa bergerak? dasar sialan.

Devano dengan cepat mengambil pisau milik felix yang membuat telapak tangan nya mengeluarkan darah segar.

"lo udah selesai kan? gw ga punya waktu buat nanggapin bocah kek lo" ucap devank lalu memukul rahang Felix dengan keras sampai ia pingsan.

"bawa tuan kalian, jangan sampai gw liat kalian lagi" dingin Devano sembari menatap tajam ke anggota Felix yang sedari tadi hanya menyaksikan pertarungan bodoh tuan nya itu.

Ya selesai ia segera menaiki motor nya dan pergi meninggalkan mereka. ia ta peduli dengan goresan di wajah nya maupun luka di tangan nya, yang penting ia segera tiba untuk bertemu kasur empuk milik nya.

   -skip to get home-

Sesampainya di mansion, Devano segera  masuk ke dalam semua terlihat sepi dan lampu juga dimatikan jadi suasana sedikit gelap. Devano berjalan dengan santai melewati ruang tamu dan-

ceklek

Ruang tamu menjadk terang kala lamou di nyalakan oleh seseorang yang bukan lain adalah Gavin dan Agra yang ntah sejak kapan sudah duduk di sofa tersebut.

"dari mana saja kau? " tanya Agra menatao tajam ke arah Devano tapi atensi nya terakihkan ketika melihat darah di wajah serta tangan Devano, ia semakin menatap tajam ke arah nya.

"ck kukira kau sudah berubah tapi tetap sama saja" ucap Agra sembari menatap hina ke arah Devano. ayolah apa yang devano lakukan sampai pak tua itu menatap nya seperti itu?.

"vano? apa kau tawuran lagi? " sekarang Gavin yang bertanya.

"menurut lo? " ucap Devano menatao malas ke arah mereka lalu melenggang pergi begitu saja.

" Devano galan maheswara ! "ucap Agra menekankan setiap kata yang ia ucap kan, kini Devano berhenti dan berbalik menatap nya. Agra berjalan mendekat ke arah Devank dan-

plak!

Sebuah tamparan mendarat cukup keras di pipi Devano.Devano diam sejenak lalu menatap dingin ke arah Agra.

" apa? berani sekali anak seperti mu berbuat kurang ajar seperti tadi!"bentak Agra menatap nyalang ke arah Devano, ntah kenapa emosi nya meningkat ketika melihat sikap Vano yang acuh terhadap keberadaan nya.

"huh? anak? emang di anggap? " jawab Devano sembari tersenyum sinis ke arah Agra. jika dia bukan ayah dari pemilik asli tubuh ini, mungkin ia sudah memotong tangan milik nya itu.

"dimana sopan santun mu sebagai seorang anak van-"

"selalu di telantar kan, dijadikan bahan pelampiasan, ta di anggap bahkan di anggap aib besar bagi keluarga,apa itu masih bisa di anggap seorang anak?" ucap Devano memotong ucapan Agra.

Agra terdiam dengan perkataan Devano, begitu pula dengan Gavin yang sedari tadi menyimak mereka berdua. Ada perasaan aneh di dalam diri nya? perasaan apa ini? aneh? marah? sedih? bingung? ah ntah lah.

"gw pernah sampe sujud bahkan ngemis ngemis kasih sayang dari kalian bahkan rela ngelakuin apa saja demi kalian, tapi apa hasil nya? hanya cacian bahkan sebuah pukulan dari kalian. Kalian tidak bisa di anggap sebagai keluarga" Kini Devano yang meluapkan semua unek unek yang ada di dalam perasaan pemilik asli tubuh ini, ah sial dia ta bisa mengendalikan emosi pemilil tubuh asli ini.

tanpa bicara atau pun mendengar ucapan dari mereka, Devano segera pergi meninggal kan mereka dan menuju ke kamar nya. ia ta peduli dengan Gavin dan Agra yang terdiam dengan perkataan nya.

                      

                              *****

ExtrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang